Jeritan Pilu Pengusaha Rumah Makan di Tengah Pandemi Corona
Pandemi Covid-19 berdampak meruginya usaha-usaha, salah satunya dialami rumah makan Ikan Bakar Keputih khas seafood yang berlokasi di Jalan KH Ahmad Dahlan No 7, Keputih, Sukolilo Surabaya.
Pemilik rumah makan ini harus peras otak supaya usahanya tidak bangkrut. Berbagai strategi dilakukan untuk bangkit lagi.
Manajer RM Ikan Bakar Keputih, Hermanto Akhyar mengatakan, pihaknya kerjasama dengan jasa pengiriman makanan online. Di saping itu penawaran promo dan diskon bagi pembeli. Antara lain voucher gratis makan untuk tiga orang, serta potongan harga hingga Rp50 ribu.
"Sejak awal April 2020, kami sudah kerjasama dengan grab dan gojek,” katanya, kepada Ngopibareng.id, Minggu, 12 Juli 2020.
Pria yang akrab disapa Wanto ini menambahkan, strategi lainnya yang dilakukan adalah meningkatkan kualitas produk. Memasaknya tetap menjaga higienis seperti membakar menggunakan arang agar aroma dan rasa makanan lebih nikmat. Di samping itu harga makanan tetap dan tanpa pengurangan porsi. Selain itu, mengatur hari libur karyawan yang ada untuk meminimalisir anggaran pengeluaran.
"Biasanya menggunakan kompor, tapi sekarang diganti pakai arang. Tujuannya menjaga aromanya biar lebih lezat. Harga dan porsi tetap, cuma kami mengatur libur karyawan dari 2 hari, 6 hari sampai 15 hari. Ini untuk meminimalisir pengeluaran," katanya.
Sebelum pandemi, perharinya restoran yang berdiri 2014 ini menghabiskan 500-600 porsi untuk berbagai menu. Untuk ikan gurami dan cumi-cumi perhari bisa menghabiskan 1 kwintal, 40 ekor ayam, 7 kg kepiting dan 70 kg beras.
"Sekarang turun separoh lebih. Kadang ikan gurami 70 kg tidak habis. Begitu juga lainnya, kaya ayam juga ndak lebih 10 ekor," katanya.
Kendati demikian, Wanto bersyukur lantaran pada saat covid masih ada pesanan nasi kotak sejumlah 100 box setiap harinya.
Sementara, untuk pasokan bahan seperti sayur, ikan, dan lainnya tidak ada kendala. Hanya saja, karena masih ada pembatasan akibat corona, usahanya terus alami kerugian.
“Mayoritas pembeli kita dari mahasiswa. Kalau situasi sekarang perkuliahan belum masuk karena corona, ya otomatis pembeli kita menurun," katanya.
Wanto berharap pemerintah memberikan suntikan dana tambahan modal. Karena ini meski kondisi lesu tapi kewajiban membayar pajak tetap dilakukan.
"Saya berharap pemerintah peduli terhadap usaha masyarakat kecil ini. Ya kalau seperti ini terus, kita tidak bisa bertahan lama," katanya.
Hal yang sama juga dialami Restoran Burger Up di Jalan Dharmahusada Indah Timur RR 22, Mulyorejo. Setiap hari mengalami kerugian terus sejak wabah corona melanda.
Bahkan, restoran cepat saji ini harus merumahkan 10 karyawannya. Biasanya dalam sehari bisa menghabiskan 1500 burger. Namun, sekarang cuma bisa menjual 550 burger.
"Sejak buka pada Maret lalu kami harus berupaya keras untuk bisa bertahan. Termasuk kerjasama dengan ojek online. Namun, apa boleh buat musibah pandemi berdampak sangat parah terhadap usaha kami. Sampai kami harus merumahkan 10 karyawan," kata Dwi Januar Setiawan, manajer.
Lanjut Januar, sebelumnya berbagai upaya dilakukan agar bisa bertahan. Seperti menghadirkan menu baru.
"Untuk menyiasati covid kami tingkatkan penjualan secara online dengan pemberian diskon makanan. Pada bulan puasa kemarin juga ada empat menu baru khusus, seperti rawon beef burger, curry chicken burger, es kacang merah dan pudding lumut. Kami ingin menjual burger rasa lokal," ujarnya.
Menu baru lainnya, adalah Pulled Beef Burger dan Pull Chicken Burger. Keduanya dibanderol antara Rp28 ribu hingga Rp55 ribu. Dalam burger ini daging sapi dan ayamn disuwir-suwir dan diolah sendiri.
Advertisement