Covid, Perawat Mogok 7 Bayi Meninggal dalam Sehari di Zimbabwe
Sejumlah tujuh bayi tercatat baru dilahirkan di Rumah Sakit Pusat Hararee di Zimbabwe. Tepatnya pada Senin 27 Juli 2020. Dikutip dari laman BBC.com, tak lama setelah dilahirkan ketujuh bayi tersebut meninggal. Rupanya mereka mendapat penanganan yang terlambat.
Salah satu dokter mengaku jika keterlambatan tersebut disebabkan masalah kepegawaian. Hal ini diperparah dengan banyaknya para perawat yang mogok bekerja di seluruh penjuru negeri. Pemicu kemogokan ini lantaran kurangnya alat pelindung diri (APD). Sehingga banyak dokter yang mengaku kewalahan menangani bersalinnya para pasien.
“Ada intervensi yang sangat terlambat. Kematian bayi pada Senin, 27 Juli 2020 seperti puncak dari gunung es. Dari 8 operasi Caesar, sejumlah 7 bayi meninggal,” kata salah satu dokter.
Dokter pun menggambarkan kondisi mengerikan di rumah sakit Harare. Terdapat sedikit perawat dan dokter yang bekerja karena pemogokan. Banyak klinik kecil di ibukota yang ditutup. Sehingga, para ibu yang hamil memilih datang ke rumah sakit pusat.
Tantangan lainnya pun rumah sakit kekurangan peralatan alat pelindung diri (APD) serta obat-obatan. Khususnya untuk pengobatan penyakit eklampsia dan pasokan darah untuk mengobari ibu yang mengalami pendarahan.
“Kami juga dibantu staf perawat tulang tetapi mereka tidak bisa mengatasi ibu hamil. Kami sudah berusaha tapi sangat kelelahan. Dokter jurnior juga kurang berpengalaman dalam mengidentifikasi komplikasi selama kehamilan” ujarnya.
Sementara, informasi tentang meninggalnya para bayi diketahui dari cuitan salah seorang dokter di Twitter. Dokter bernama Peter Magombeyi mencuitkan jika masa depannya telah dirampok, termasuk bayi yang belum lahir.
Selain itu, diketahui dua ibu rahimnya telah hancur dan membutuhkan operasi tetapi gagal dilakukan tepat waktu. Sang bayi meninggal karena terjebak dipanggul sang ibu. Kendati demikian, para dokter berharap agar pemangku kepentingan bisa menolong nyawa ibu dan bayi.
“Kami berharap pemangku kepentingan, pemerintah, praktisi medis, masyarakat sipil, dan individu harus bertindak. Mereka harus menyelamatkan ibu dan bayi yang tidak memiliki suara,” tambahnya.
Di Zimbabwe sendiri kondisi negara menjadi tidak stabil setelah adanya hiperinflasi yang mencekik ekonomi. Selain itu, protes terhadap salah satu partai. Kondisi juga diburuk pada sektor kesehatan yang dilanda skandal pengadaan covid-19. Menteri Kesehatan Zimbabwe dicopot dari jabatan karena diduga menerima dana jutaan dolar untuk persediaan kesehatan.
Advertisement