Pandemi Corona, Mie Ayam di Jombang Dijual Seharga Rp 4.000
Mie ayam murah meriah. Judul ini cocok untuk menggambarkan dagangan milik pasangan Suyanto dan Lailatur Rohmah. Bayangkan saja, hari gini masih ada mie ayam seharga Rp 4.000. Di luar dugaan, si pemilik warung mie mengaku masih mendapat untung Rp 1.500.
Lezatnya semangkok mie lengkap dengan potongan daging ayam serta pangsitnya yang menggugah selera ini, ada di Dusun Ngemplak, Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Pada awal dagang, pertengahan Maret hingga pertengahan April lalu, harga mie ayam dibanderol Rp 3.500. Setelah Lebaran harganya naik menjadi Rp 4.000, karena daging ayam juga naik.
Suyanto punya prinsip "tidak mematok untung besar yang penting laris". Ilmu ini diperoleh dari rekannya di Pondok Lirboyo, Kediri. Petuah temannya itu diilhami dari percontohan Nabi Muhammad kala berdagang.
“Saya jualan Rp 4.000 sudah dapat untung tiap prosinya Rp 1.500. Itu nasehat teman saya yang sempat mondok, katanya Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengambil untung melebihi modalnya,” kata pria yang akrab disapa Yanto itu kepada Ngopibareng.id, pada Rabu 27 Mei 2020.
Menurut Yanto, dirinya bisa jualan mie ayam murah didukung oleh harga beli bahan mie yang cukup miring. Pria yang juga berprofesi sebagai guru itu memiliki teman yang dagang sayur dan ayam potong.
"Kita hubungan baik itu sudah dibangunnya sejak tahun 2006. Harga pertemanan," ungkap dia.
Untuk ayam per kilogramnya, Yanto mendapat diskon Rp 5.000 dari harga normal. Dia juga mendapat diskon sayuran sawi hijau dan jamur. Jamurnya diperoleh dari petani jamur di daerah Mayangan, Jombang.
“Yang membuat harganya murah, saya sudah kenal dengan penjualnya. Jamurnya saya dapat dari petaninya langsung,” tambahnya.
Harga Murah, Bahan-bahan Mie Ayam Sempat Diragukan
Jualan mie ayam merupakan pengalaman baru bagi Yanto. Dulunya, dia dan sang istri, Lailatur Rohmah berjualan es teh seharga Rp 1.500 di Alun-alun Jombang. Belakangan, pandemi corona membuat Alun-alun Jombang 'lockdown'.
Suyanto akhirnya memutar otak. Ide berdagang mie ayam diperolehnya setelah memantau kondisi di lapangan. Di Dusun Ngemplak penjual mie ayam saat itu belum ada saingannya.
Selain berjualan mie original seharga Rp 4.000, terdapat tiga varian lain yakni mie jamur Rp 4.000, mie ceker Rp 5.000, dan mie telur puyuh Rp 6.000. Per harinya, kata Yanto, dirinya bisa menghabiskan 3-5 kilogram mie, 2 ikat sawi, 2 kilogram daging dan ceker ayam, 1 kilogram jamur, dan 50 butir telur puyuh.
Yanto terbilang melek media sosial. Dia promosi dagangan mie ayam di Facebook dan WhatsApp. Namun, harga mie ayam tak sampai goceng (Rp 5.000) itu membuat netizen heboh.
"Ada yang mendukung dagangan saya murah. Tapi ada yang bully. Banyak yang tidak percaya bahan mie ayam saya dari bahan ayam asli dan sayuran segar," beber Yanto.
Dia bahkan meminta netizen yang ragu dengan bahan olahan mie ayamnya diminta datang langsung ke warungnya. Beruntung, setelah mendapat penjelasan itu tak ada lagi nada nyinyir dialamatkan ke mie ayam miliknya.
Masalah satu selesai, muncul kasus baru. Kali ini, Yanto ditipu pembeli abal-abal. Si pembeli pesan tiga bungkus mie untuk diantarkan ke Desa Bulurejo. Jaraknya kurang lebih 8,6 kilometer. Begitu tiba di lokasi tujuan, si pemesan mematikan handphone dan alamatnya palsu.
Hebatnya, Yanto tak mengeluh. Ketika ditipu seperti itu, pria 35 tahun ini malah membalas dengan kebaikan. Dia memberi diskon pembeli di warungnya Rp 1.000 setiap hari Jumat.
“Kalau Jumat harga dikurangi seribu rupiah, nggak papa buat shdaqoh saja” ujarnya.
Anak Pondokan Jadi Pelanggan Tetap
Pembeli mie Suyanto didominasi warga Dusun Ngemplak dan Muri, serta pondok pesantren di kawasan tersebut. Harga mie ayam yang murah jelas menggoda murid pondokan yang kala itu belum dipulangkan karena corona.
Yanto mengingat, saat itu dia bisa mengantongi keuntungan Rp 200.000 per harinya. Namun sejak ada corona, anak pondok pesantren sudah dipulangkan ke rumahnya masing-masing, Yanto mengaku hanya mengantongi RP 75.000.
“Pembeli paling banyak dari pondok, sehari bisa sampai Rp 200.000. Sekarang cuma Rp 75.000. Tapi selain itu, saya juga nerima pesanan hajatan yang lain dan pengiriman dengan ongkir tertentu,” tuturnya.
Yanto juga melayani pembelian secara online. Syaratnya minimal pesanan lima bungkus mie ayam. Untuk ongkos kirim (ongkir) pun beragam tergantung jarak. Untuk wilayah Jombang Kota, sekitar Ngemplak, dan Desa Cukir mulai dari Rp 2.000, Rp 3.000 hingga Rp 5.000.
“Harga untuk pesanan hajatan sama, dan nggak ada pengurangan harga ya. Kalau diskon namanya oleh-oleh, bukan berdagang. Ya kalau pesan banyak saya kasih gratis onkir,” tutupnya sambil tertawa.
Advertisement