Covid-19 Ubah Sejarah, Tatanan Sosial Berubah
Pandemi Covid-19 telah mengubah sejarah dan tatanan dunia. Di tengah perubahan drastis itu, wartawan pun diminta untuk banyak belajar.
Hal itu diungkapkan Suko Widodo, pakar komunikasi dari Fisip Unair, Surabaya dalam diskusi santai di sebuah kafe di lereng Gunung Bromo di Desa Sariwani, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Kamis, 25 Februari 2021.
Diskusi dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) ke-75 yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Persiapan Perwakilan Probolinggo itu juga dihadri Bupati Puput Tantriana Sari. Diskusi mengambi tema, “Bangkit dari Pandemi: Pers sebagai Akselerator Perubahan.”
“Dulu, 76 tahun silam saat Jepang kalah perang setelah Nagasaki dan Horoshima dibom, Kaisar Hirohoto mendata dan mengajak guru-guru untuk membangkitkan Jepang,” ujarnya.
Suko kemudian menyinggung ungkapan Bupati Tantri, yang mengajak para wartawan berperan ikut membangkitkan masyarakat akibat pandemi Covid-19. Sisi lain kehidupan pers di tanah air juga sangat terpukul dengan pandemi Covid-19.
Perubahan sosial yang tidak direncanakan akibat Covid-19, kata Suko, menyebabkan masyarakat tidak siap menghadapinya. “Bahkan pada titik tertentu sering membawa masalah yang memicu kekacauan dalam masyarakat,” katanya.
Dikatakan tidak mudah bagi pemerintah untuk mendiseminasikan informasi kepada warga masyarakat. “Faktanya tidak sedikit masyarakat yang ngeyel alias kekeuh dengan cara pandangnya, yang berlawanan dengan kehendak pemerintah,” kata Suko.
Terkait pandemi Covid-19, vaksin memang telah ditemukan dan vaksinasi mulai digelindingkan di negeri ini. “Tetapi dengan jumlah penduduk yang hampir 300 juta, pemerintah memerlukan waktu lama untuk bisa menyediakannya. Sementara pergerakan virus ‘mematikan’ itu sangat tergantung dari mobilitas manusia,” alumnus S-3 Unair itu.
Pandemi telah membuat pemerintah harus berpikir keras mendayagunakan seluruh kapasitasnya. “Pers punya peran besar dalam membentuk opini dan memikiki peran sentral dalam konteks penyebaran informasi,” katanya.
Sisi lain, kata Suko, media massa juga harus bersaing dengan media sosial (medsos). “Sekarang ini semua orang bisa menjadi ‘wartawan’ di media sosial,” ujarnya.
Informasi hoaks pun berseliweran di medoss termasuk informasi terkait Covid-19. Media arus utama (mainstream) harus bersaing dengan medsos.
Advertisement