Covid-19, Ratusan Ribu Babi dan Ayam Dieutanasia
Industri daging babi di Iowa Amerika Serikat mengalami dilema. Peternak babi mulai kesulitan mengatur populasi babi lantaran tak bisa mengapalkan babi yang siap untuk diambil dagingnya.
Peternak pun berencana mengaborsi induk babi untuk menjaga agar kandang tetap cukup menampung babi yang tak berkurang. Peternak ayam juga melakukan hal yang sama, mengeutanasia ayam mereka.
Van Beek, salah satu peternak di Iowa terpaksa mengurangi jumlah babinya akibat tak ada ruang tersisa, serta untuk menghemat anggaran pakan. Perusahaan daging terbesar, seperti Smithfield Foods Inc, Cargill Inc, JBS USA,dan Tayson Food Inc, telah menghentikan operasi sekitar 20 rumah jagalnya akibat banyaknya pekerja yang jatuh sakit.
Jutaan babi, ayam dan ternak lain akan dieutanasia karena tutupnya rumah jagal, dan membuat suplai daging menjadi terbatas, kata John Tyson, Pimpinan dari suplier daging di Amerika Serikat, Tyson Food.
Peternakan babi di Amerika berbeda dengan ternak sapi. Babi berada dalam ruangan yang didesain untuk digemukkan dan dipotong. Jika terlalu lama berada dalam gedung yang diatur suhunya, maka babi akan terlalu gemuk dan mencederai dirinya sendiri. Kandang harus dikosongkan dengan mengirim babi dewasa ke rumah jagal sebelum babi anakan yang baru lahir masuk.
"Kami tak tahu harus ke mana dengan babi," kata Van Beek. 'Apa yang harus kami lakukan," katanya. Ia terpaksa meminta pegawainya untuk menyunti babi yang hamil, dengan tujuan mengaborsi anakannya. Total 700 ribu babi harus dieutanasia di Iowa sepanjang April.
Hal serupa juga terjadi di Minnesota. 61 ribu ayam petelor milik peternak Kerry dan Barb Mergen harus diuetanasia, dengan disemprot karbon dioksida, awal bulan ini.
Ayam milik Kerry adalah titipan dari Daybreak Food, pabrik yang berbasis di Lake Mills, Wisconsin. Daybreak biasanya datang mengambil telur dari Kery untuk memasok kebutuhan pabrik, membuat telur cair untuk restoran dan makanan siap saji untuk perusahaan makanan. Namun pabrik itu, milik Cargill inc, kini berhenti beroperasi, karena pandemi berdampak pada kurangnya permintaan.
Tak hanya terjadi di Amerika, kondisi yang sama juga terjadi di Kanada, dialihbahasakan dari Reuters.
Advertisement