Covid-19, Pengrajin Tahu Khas Kediri Berhenti Produksi
Wabah corona yang melanda di Kediri berdampak pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) khususnya pembuat tahu takwa merugi. Bahkan, mereka tidak lagi produksi tahu khas Kediri, lantaran tidak ada biaya.
Jamaludin, Ketua Paguyuban Pengrajin Tahu Kelurahan Tinalan Kecamatan Pesantren, Kota Kediri mengatakan dua minggu terakhir ini para pengrajin sudah berhenti produksi tahu. Karena sejak ada virus corona, pembeli tidak ada lagi.
"Saat ini tidak ada lagi pembeli. Karena corona ini penjualan oleh-oleh khas Kediri menurun drastis. Hampir 90 persen penurunannya," kata Jamaludin.
Sepinya pembeli makanan oleh-oleh khas Kediri ini dirasakan setelah pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan Kota Kediri sebagai zona merah penyebaran virus covid-19.
"Penjualan menurun drastis, akhirnya tidak ada lagi yang mau produksi. Mereka berhenti sementara, sambil menunggu kondisi pulih kembali," katanya.
Kata Jamaludin, biasanya menjelang ramadhan dan lebaran Idul Fitri para pengrajin tahu di Kampung Tahu Tinalan tidak pernah sepi order.
Kali ini berbanding terbalik, karena sepi pembeli dan terus mengalami kerugian, banyak pengrajin tahu memilih untuk tidak berproduksi sementara.
"Saya sudah tidak berproduksi selama 20 hari. Rata-rata mereka jualan untuk menghabiskan stok lama. Kalau yang baru masih belum produksi," katanya.
Jamaludin mengaku setiap hari masih memproduksi tahu kuning, hanya saja jumlah produksi juga menurun drastis. Karena produksi tahu ini untuk kebutuhan langganan rumah tangga.
"Paling cuma masak 200 biji. Itu kadang tidak habis, karena pasar juga masih sepi. Biasanya sebelum ada pandemi Corona kita masak rata-rata perhari bisa capai 800 biji," katanya.
Di samping itu, kata Jamaludin, virus corona juga berpengaruh terhadap harga bahan baku tahu yang melonjak. Apalagi, kebanyakan pengrajin tahu di Kediri lebih menggunakan kedelai impor asal Amerika. "Harga kedelai impor sekarang Rp78 ribu perkilo. Naik hampir Rp10 ribu," katanya.