Covid-19, Pemkot Malang Imbau Pelaku Wisata Pakai Cashless
Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang menggencarkan pembayaran secara cashless atau non-tunai di sejumlah jasa usaha wisata di Kota Malang, Jawa Timur. Hingga saat ini sudah 160 usaha jasa wisata yang telah terverifikasi oleh Pemkot Malang.
Verifikasi tersebut berhubungan dengan protokol kesehatan Covid-19 yang sudah diterapkan oleh jasa usaha wisata yang meliputi hotel, kafe dan restoran.
Untuk mendukung pembayaran non-tunai di sejumlah jasa usaha wisata di Kota Malang, Disporapar memfasilitasi dengan menyalurkan barcode di hotel, restoran maupun kafe.
"Banyak usaha pariwisata yang kami beri dukungan untuk melakukan pembayaran non tunai, salah satunya, dengan menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS)," ujar Kepala Disporapar Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni pada Minggu 9 Agustus 2020.
Aplikasi pembayaran QRIS tersebut merupakan milik Bank Indonesia yang memfasilitasi seluruh platform pembayaran, seperti OVO dan Gopay.
Ida mengatakan di masa pandemi ini pemerintah berusaha mengurangi transaksi pembayaran secara tunai. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu langkah penyebaran virus tersebut.
"Karena pandemi ini, harus mengurangi transaksi tunai. Kami sudah sosialisasikan kepada pengusaha jasa pariwisata, mulai dari perhotelan hingga pedagang," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Azka Subhan menguraikan, cashless payment di Kota Malang terus menunjukkan pertumbuhan positif. Hal itu dibuktikan dengan adanya peningkatan transaksi sekitar 20 persen lebih.
"Kalau transaksi non tunai, baik transfer, kartu debit atau kredit, tidak terlalu besar. Namun, pembayaran dengan sistem digital banyak diburu masyarakat," katanya.
Azka menuturkan aplikasi pembayaran QRIS juga sudah mulai banyak digunakan oleh masyarakat. Ia mengatakan yang banyak menggunakan yaitu masyarakat menengah ke atas. Peningkatan pengguna tersebut terang Azka dibuktikan dengan peningkatan merchant.
"Selama tiga bulan terakhir, sejak bulan Maret hingga Juni 2020, tercatat peningkatan, yang semula 47 menjadi 70 persen merchant," ujarnya.
Dengan adanya peningkatan jumlah merchant tersebut Azka menilai bahwa cashless system di Malang sudah mulai berkembang. "Sudah lumayan berkembang dan banyak diminati," tutupnya.