Covid-19 Masih Jadi Ancaman, LDII Ajak Masyarakat Taati Prokes
Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengingatkan, bahwa pandemi Covid 19, belum berakhir. Faktanya, di beberapa daerah seperti Jatim dan di DKI Jakarta masih ditemukan kasus Covid-19 yang cukup signifikan.
Maka ia mengajak warga masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan dengan menjalankan protokol kesehatan (prokes) secara konsisten, guna mencegah penularan Covid-19 lebih luas lagi.
Seruan Chriswanto itu merujuk pada pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Ikatan Dokter Indonesia dan dari para pakar lainnya.
Ia menyarankan supaya mengubah gaya hidup, seperti ekonomi keluarga diupayakan untuk mencukupi gizi dan kesehatan keluarga.
"Dengan menyisihkan keuangan keluarga untuk kebutuhan vitamin, obat, memeriksakan kesehatan, dan makanan bergizi sangat penting menghadapi masa pancaroba. Apalagi flu, deman, hingga diare di musim hujan sering dirasakan warga," kata Chriswanto melalui pernyataan resmi yang diterima Ngopibareng.id, Rabu, 16 November 2022.
“Apalagi Covid-19 belum benar-benar reda, orang awam akan sulit membedakan flu biasa atau Covid-19,” imbuhnya..
Bagi warga yang jauh dari akses kesehatan, terutama di pedesaan, Chriswanto menyarankan untuk memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman obat. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan untuk pertolongan pertama, sebelum memeriksakan diri ke dokter atau puskesmas.
Jaga Tubuh Tetap Bugar
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengingatkan agar masyarakat menjaga kondisi tubuh, agar tak mudah terserang Covid-19 varian baru.
“Meski sudah vaksin booster sekalipun, jika kondisi tubuh lemah memungkinkan varian terbaru Covid-19 (XBB). Apalagi gejalanya hanya mirip seperti flu biasa seperti batuk-pilek, sakit tenggorokan. Karena itu, ikhtiar penting termasuk vaksin tambahan itu,” ujarnya.
Terkait kewaspadaan, Dicky mendorong masyarakat Indonesia agar mengubah gaya hidupnya dalam menghadapi penyakit, “Harus diketahui, masyarakat kita umumnya sakit di rumah, bukan ke rumah sakit yang terdata tenaga kesehatan,” ujarnya.
Bila bergejala, menurut Dicky, yang pertama harus dilakukan adalah konsultasi dengan tenaga kesehatan jika berniat melakukan pengobatan. Bukan membeli obat tanpa resep sebetulnya karena Itu bahaya.
Anggota Ikatan Dokter Indonesia sejak 1998 itu bercerita, Wuhan mengalami lockdown kembali karena dampak long covid menjadi isu yang serius. “Karena itu, upaya mencegah infeksi lebih baik daripada mengobati,” katanya.
Varian baru Covid-19 XBB di Indonesia, menurut Dicky, harusnya semakin menurun trennya. Namun ia menyayangkan penerapan protokol kesehatan yang justru juga menurun jauh. Seperti diketahui, Covid-19 varian XBB adalah turunan dari varian Omicron yang dianggap lebih mampu menjangkit pada manusia dan mampu melampaui booster. Hal itu semakin diperparah akan tingginya tingkat mobilisasi manusia dengan kecanggihan transportasi.
Dalam konteks seperti long Covid, dengan banyak keluhan seperti sesak napas, bukan hal yang tidak mungkin menjadi krisis meski sudah akhir pandemi. Long Covid akan meningkat pada orang yang sudah terinfeksi lebih dari dua kali.
Kewaspadaan masyarakat menurutnya sangat penting. Pasalnya dari sisi kondisi global, belum ada negara yang memiliki status siap menghadapi ancaman pandemi. Global Health Security Index, Indonesia berada di peringkat menengah. Pemerintah pun perlu membangun sistemnya terlebih dahulu.
"Sistem rujukan penanganan penyakit misalnya, hal seperti itu perlu dipikirkan. Di Indonesia contohnya, belum ada toxic call center, sedangkan di negara maju sudah ada," ungkap warga LDII yang tinggal sementara di Australia tersebut.