Covad-Covid, Bungkusan Boy Band, dan Menunggu Kabar Baik
Artikel Perlima
oleh Fifin Maidarina
“Menulis itu tidak gampang. Sebuah perjuangan terus-menerus antara diri sendiri dengan kertas kosong. Tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai dan jadi buku.” Itu adalah beberapa kutipan menarik dari Uda Akmal Nasery Basral, penulis novel dan mantan wartawan yang ikut membedah buku Covad-Covid, Bungkusan Boy Band dan Menunggu Kabar Baik. Dan inilah di antara tulisan yang jadi itu, buku pertama Perempuan Penulis Padma (Perlima) yang lahir dan telah diluncurkan pada 30 Oktober 2021.
Komunitas literasi yang baru didirikan 30 Maret 2021 oleh Wina Bojonegoro ini, melaju dengan cepat, memanfaatkan setiap waktu untuk berkegiatan, sehingga mengajak anggotanya untuk terus produktif dan berkarya. Seperti buku ini misalnya, merupakan salah satu hasil pelatihan penulisan esai popular bersama Afrizal Malna yang diadakan oleh Perlima pada 26 Juni 2021.
Judul panjang tersebut adalah hadiah pemberian dari Afrizal Malna saat merespon 36 karya para penulis dalam berbagai sudut pandang yang berbeda tentang pandemi ataupun hal remeh temeh yang terjadi di sekitar.
“Menulis itu membahagiakan. Menulis adalah kepedulian terhadap sesuatu dan didokumentasikan dalam tulisan. Anak cucu kelak akan membaca siapa kita. Menulis karena kita ada.” Begitulah sepotong sambutan dari Tjahjani Retno Wilis selaku Ketua Perlima yang turut berbahagia atas lahirnya buku Perlima pertama ini.
Bedah Buku oleh Akmal Nasery Basral
Tercatat 100 peserta turut hadir dalam peluncuran buku secara virtual ini. Didampingi oleh Evie Suryani Pohan sebagai moderator, Uda Akmal, begitu ia biasa dipanggil, mengulas salah satu tulisan yang menarik perhatiannya, yaitu tulisan Zakiyatul Mufidah di halaman 49 yang berjudul Persoalan Bungkus Makanan: Industri Budaya K-Pop, Konsumerisme, dan Ekspresi Identitas Generasi Z.
Menurutnya, Bungkusan Boy Band yang jadi bagian dari judul buku ini merepresentasikan tulisan Zakiyatul Mufidah tentang fenomena Band K-Pop BTS yang fenomenal. Sebelum tampil sebagai narasumber, Uda Akmal melakukan riset dan menyimpulkan bahwa band dari Asia ini mampu mengalahkan lagu Michael Jackson. Betapa besarnya pengaruh BTS terhadap dunia. Menurut Uda Akmal, ini bukanlah sekadar “Bungkusan Boy Band” tetapi sudah merupakan Kekaisaran Boyband yang mampu menggeser kebudayaan Jepang, bahkan Amerika. Perjuangan dan kerja keras BTS so inspiring.
Perlima di Mata Akmal Nasery Basral
Tercipta dan lahirnya buku ini, tak lepas dari adanya Perlima, sehingga Uda Akmal turut menyisipkan komentarnya tentang Perlima. Menurutnya, Perlima memiliki semangat, manajerial, dan program-program yang oke punya. Uda juga melihat Instagram @perlima.official yang dinilai begitu menarik penyajiannya.
Uda Akmal mengatakan bahwa Perlima merupakan salah satu komunitas menulis yang terbaik dari segi pemilihan nama komunitas, konsep desain, konsep postingan ketika memperkenalkan anggota Uda jarang menemukan hal ini di komunitas lain. Secara keseluruhan, Perlima luar biasa di matanya.
Konsep Buku di Mata Uda Akmal Nasery Basral
Di akhir bahasannya, Uda Akmal memberikan simpulan secara keseluruhan tentang buku Covad-Covid, Bungkusan Boy Band, dan Menunggu Kabar Baik ini. Menurutnya konsep desain dan layout-nya cantik. Pilihan font memudahkan ABG (Angatan Baru Gocap—Seperti Uda Akmal) untuk membacanya. Antar spasi, ibarat sebuah taman, tamannya masih memberikan ruang untuk duduk-duduk dan jalan-jalan. Bukan taman yang rapat. Panjang artikel di setiap tulisan dibuat singkat dan menarik, tidak bertele-tele. Sehingga membuat pembaca tidak lelah.
Sesi Tanya Jawab
Selepas ulasan dari Uda Akmal, peserta diberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi dengan Uda Akmal. “Bagaimana cara mengubah bahasa ilmiah ke bahasa sastra?”, adalah salah satu pertanyaan yang muncul dari Fahmi Hasibuan.
Menurut Uda Akmal, penulis harus tahu, kapan menggunakan bahasa ilmiah dan kapan menggunakan gaya populer. Otomatis, penulis harus banyak membaca. Penguasaan diksi penting untuk seorang penulis, sehingga kekayaan diksi tersebut bisa membuat penulis lebih enak dalam penyampaian gagasan untuk membuat pembaca tidak bosan.
“Tulisan yang baik itu harus dimengerti dan mudah dipahami oleh siapa pun, dengan latar belakang apa pun, bahkan tidak tersekat oleh latar belakang pendidikan. Yang awan harus paham, yang ahli bilang bahwa itu itu benar,” tambah Uda.
Rangkaian Acara yang Belum Usai
Dua jam lebih tak terasa. Peluncuran buku yang dikawal oleh Zakiyatul Mufidah selaku pembawa acara tersebut, tak terasa mengalir begitu nyamannya. Acara peluncuran ini adalah soft launching, yang masih memiliki banyak rangkaian acara lainnya untuk mempromosikan buku ini. Talk show dengan berbagai media sampai grand launching nantinya. Simak terus infonya di Instagram Perlima. Dapatkan bukunya di penulisnya masing-masing atau bisa menghubungi Perlima melalui Humas atau DM di Instagram.
(Fifin Maidarina–Humas Perlima)
Advertisement