Cortiger Sportswear, Berawal Passion Menjadi Vision dan Berbisnis dengan Hati
Semua terjadi karena passion dan vision. Itulah yang melatarbelakangi lahirnya Cortiger Sportswear. Passion karena memang Antonius Christopher Tjondrokusumo lahir dari keluarga yang sangat mencintai dunia sepeda.
Bermula dari tahun 1993, Sastra Harijanto atau sering dipanggil Hari, ayahanda dari Chris, sapaan akrabnya membentuk tim balap sepeda keluarga. Lantas tim ini mulai ikut even balap sepeda resmi di tahun 1994.
Kian berkembang, tahun 1998, Hari menggandeng Polygon sebagai sponsor utama. Tidak sulit mencari nama, Hari memberi nama tim Polygon-Sweet Nice (PSN).
“Sweet Nice adalah perusahaan keluarga yang memproduksi selai dengan rasa nanas san stroberi. Papa menggunakan nama itu sebagai nama tim kami,” jelas Chris yang aktif bergabung di tim PSN tahun 2006–2014 ini.
PSN terus aktif membina pembalap-pembalap muda dan aktif ikut berbagai even balapaan di dalam negeri maupun di luar negeri.
Akhirnya, pencapaian tertinggi tim ini adalah saat menjadi tim Continental di tahun 2005. Dengan titel ini, PSN makin mudah berlaga ikut balapan sepeda di luar negeri membela nama Indonesia.
“Saya pernah ikut beberapa kali balapan di luar negeri bersama PSN. Salah satu yang paling membanggakan adalah finis top ten di etape tiga Tour de Brunei tahun 2011,” bangga pria kelahiran Oktober 1987 ini.
Sebagai anak muda, Chris mulai berpikir visioner. Dia tidak mau menghabiskan waktu mudanya di dunia balap sepeda saja. “Saya bertekat ingin tetap berada di industri ini sampai kapan pun. Karena ini sudah seperti filosofi keluarga kami,” tutur pria yang menggunakan sepeda Cervelo Soloist.
Dari sini, tahun 2012, visi masa depan mengambil peran. Chris mulai berpikir untuk seriusi usaha jersey yang telah dimulai dirintis sang ayah. Meskipun saat itu masih sangat kecil dan belum banyak order.
Chris segera mencari nama brand untuk perusahaan jersey-nya ini. “Saya banyak berdoa. Saya berziarah sendirian ke berbagai gereja di Eropa. Akhirnya saya dapatkan nama Cortiger,” jelas pemilik akun Instagram @cortiger.sportswear ini.
Cor artinya adalah hati. Tiger artinya adalah macan. Jadi Cortiger jersey bisa sekokoh macan tetapi yang memiliki hati.
“Saya menyadari, sejak Cortiger Sportswear ini berdiri, saya bukan lagi seorang penghobi. Tetapi sudah menjelma menjadi pebisnis di industri ini. Nah, saya ingin berbisinis dengan hati. Agar bisa diterima di semua kalangan dan semua relasi adalah teman. Semakin banyak teman semakin baik untuk kelangsungan bisnis kita, kan?” imbuhnya lantas tertawa.
Di sinilah riset dan pengembangan dilakukan sendiri oleh Chris sepanjang hari. Mulai pemilihan bahan kain, benang, warna, resleting, label, dan lainnya semua dilakukan dengan cermat.
“Intinya cari yang terbaik. Ringan tapi kuat dan harga bersahabat!” tekad Chris. Nah, di sini pengalamannya sebagai pembalap tim Continental selama 8 taun (2006–2014) sangat berperan.
Sulung dari dua bersaudara ini jadi tahu bahan jersey yang terbaik, cutting yang paling nyaman, sizing yang paling pas di badan.
“Saya sangat bersyukur, saya paham ini sejak lama. Dan sangat berguna sekarang,” tutur warga kawasan Tenggilis Surabaya ini.
Pelan tapi pasti, Cortiger Sportswear sudah menjadi pilihan para komunitas dalam membuat jersey komunitas mereka. Salah satunya Kambing Oven Racing Team (KORT) lalu EL Tractor Academy (ETA), Vin Cycling dan BBCC dari Surabaya. Ada juga dari Kota Semarang yaitu komunitas Holy Crank dan Orang Utan Cycling dari Samarinda, Ubung Academy di Bali serta masih banyak lagi dari kota-kota lain.
Dan mereka sangat puas dengan kualitasnya. “Sudah lama kami sepedaan bareng dengan Chris, dan akhirnya kami coba membuat jersey KORT di Cortiger Sportswear. Hasilnya memuaskan, cutting-nya nyaman jadi digunakan bisa rapi bahannya ringan dan tidak panas,” puji Arie Rafindo dari komunitas KORT.
Meskipun Chris sudah sukses di industri jersey, tetapi dia tetap tidak bisa melupakan ‘darah balap’ nya. Saat ini Cortiger Sportswear memiliki andalan tiga pembalap perempuan.
Carini Sucipto dari Semarang, Lusia dari Jakarta, dan Megi Chen dari Bandung, ketiganya tergabung dalam Cortiger Squad.
“Hahaha…. Setelah sekian lama off track, rasanya gatal ingin ikut balapan. Tetapi saya sudah lewat masanya untuk balapan. Jadi mimpi terakhir, berusaha saya wujudkan. Bikin akademi balap. Membina pembalap-pembalap muda. Sedangkan saya jadi pembalap hore-hore aja bersama teman-teman komunitas,” tutup Chris lantas tertawa lantang.
Advertisement