Corona Telah Membunuh Lebih dari 200.000 Jiwa
Jumlah kematian akibat COVID-19 secara global sudah lebih dari 200.000 jiwa, hingga hari Selasa kemarin. Demikian laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Papan data COVID-19 milik WHO yang diperbarui pada Selasa pukul 16.00 Waktu Eropa Tengah menunjukkan bahwa sejauh ini WHO telah menerima laporan 2.954.222 kasus terkonfirmasi COVID-19 dengan 202.597 kematian secara global.
Amerika Serikat menduduki urutan pertama dengan jumlah kematian tertinggi sebanyak 49.170, yang disusul oleh Italia dengan 26.977 kematian.
Negara lainnya yang mencatat kematian COVID-19 di atas 20.000 di antaranya Prancis dengan 23.261 kematian, Spanyol dengan 23.190 kematian serta Inggris yang melaporkan 21.092 kematian.
Virus corona yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya itu telah mengakibatkan kerugian material yang melampaui risiko yang pernah terjadi di saat Depresi Besar pada 1930-an melanda dunia, sebagaimana dikatakan sejumlah ekonom.
Setelah melakukan penutupan wilayah, sejumlah negara di Eropa mulai secara perlahan dan hati-hati melonggarkan pembatasan seperti yang dilakukan otoritas di Spanyol yang mengizinkan anak-anak bermain di luar rumah.
Kanselir Jerman Angela Merkel juga mengisyaratkan melakukan pelonggaran karantina wilayah secara bertahap dengan mengizinkan sejumlah toko-toko melayani pembeli namun dengan aturan jaga jarak dan pemakaian masker bagi setiap warga yang keluar rumah untuk berbelanja.
Jumlah kasus baru COVID-19 berkurang di beberapa negara Eropa, termasuk di Italia dan Spanyol, namun wabah masih berkembang di Inggris dan Turki.
"Secara global, 90 persen kasus di dunia berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Jadi kita tentu belum melihat puncaknya," kata juru bicara WHO Dr. Margaret Harris dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, kemarin.
WHO akan mengeluarkan panduan untuk negara-negara anggota yang di dalamnya tercantum enam langkah yang perlu mereka pastikan sebelum mulai melonggarkan aturan pembatasan, kata dia.
"Yang paling penting adalah, apakah penularan telah dikendalikan?"
AS memiliki epidemi terbesar saat ini dan telah menjadi "mitra yang fantastis" selain menjadi donor terbesar bagi WHO, kata Harris.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyuarakan keyakinannya bahwa AS akan terus mendanai badan PBB tersebut, meskipun Presiden AS Donald Trump mengkritik penanganan WHO atas pandemi COVID-19. (ant/rtr/xinhua)
Advertisement