Corona Mengalir Sampai Jauh
“Jangan mudik, ya! Jangan ngumpul-ngumpul dulu. Lebaran kita di rumah aja."
“Ah, Kang Jubir Pemerintah bilang boleh mudik kok. Asal tertib."
Belakangan, Kang Jubir Pemerintah Fadjroel Rachman meralat ucapan itu. Sebuah ralat yang tetap kurang meyakinkan. Pasalnya, sejauh ini belum ada penjelasan keroyokan antara para kepala daerah dan pemerintah pusat tentang bagaimana strategi antisipasi mudik lebaran 2020 ini. Kalau cuma melarang tanpa eksyen dan panduan jelas, terutama soal beratnya biaya hidup di masa badai corona ini, ya susahlah ya.
Betul, skema bantuan finansial untuk masyarakat yang terdampak sudah diumumkan Presiden Joko Widodo. Tinggal eksekusi nyatanya yang ditunggu, termasuk tentang bagaimana membantu desa-desa yang sudah telanjur kebanjiran ODP (orang dalam pantauan) perantau dari Jakarta beberapa pekan terakhir.
Sambil menunggu strategi teknis mencegah arus mudik, juga penananganan dampak ekonomi, saya iseng-iseng membuat daftar. Yakni pertemuan apa saja yang kemudian berkembang menjadi klaster penyebaran. Virus corona, dengan spike atau tanduk-tanduk tajamnya, menyebar menebar gering antara lain dalam berbagai klaster ini.
Seperti kita ketahui, beberapa pertemuan yang terbukti menjadi kluster signifikan penyebaran corona ini terjadi pada akhir Februari dan awal Maret 2020. Itulah saat-saat pemerintah masih denial, masih meremehkan kegawatan Corona dalam berbagai bentuk, sehingga tidak ada alarm bagi masyarakat. Akibatnya, pertemuan-pertemuan besar pun nyaman terselenggara.
Kita akan lihat betapa virus ini menyebar cepat dan mengalir sampai jauuuuuhhhh.
Tujuan saya menulis ini bukan untuk menakut-nakuti khalayak, tapi hanya dengan melihat kenyataan pahit ini kita benar-benar bisa menghindari bencana yang lebih buruk.
Sebisa mungkin mari bersama mencegah arus mudik, yang bakal menjadi perantara virus menyebar lebih luas dan lebih jauh lagi. Jangan sampai kegembiraan mudik justru menuai air mata kesedihan. Di Ciamis, menurut Gubernur Jabar Ridwan Kamil, ada nenek yang dibawa ke rumah sakit setelah ditengok cucu yang pulang dari Jakarta. Sang cucu, tanpa disadari, ternyata membawa oleh-oleh virus corona.
Saya tidak berpretensi bahwa ini daftar yang canggih. Ini daftar ala kadarnya, jauh dari lengkap. Masih banyak klaster di luar sana. Saya menyusun ini semata agar kita tahu bahwa data bukan sekadar angka. Ada cerita di balik setiap kasus positif Covid19, kisah yang mengingatan kita untuk serius memutus rantai penularan, termasuk dengan cara tidak mudik di libur lebaran kali ini.
Kita mulai ya. Data saya kumpulkan dari berbagai media, termasuk Majalah Tempo, edisi 28 Maret 2020, dan melototin berbagai portal berita (Tempo, Kompas, The Jakarta Post, Kumparan, Tirto, Tribun, Jawa Pos, Tabloid Jubi, dll) juga penjelasan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam pertemuan virtual dengan Wapres KH Ma’ruf Amin.
1. Persidangan Majelis Sinode Tahunan Gereja GPIB, 26-29 Februari 2020, Hotel Aston, Bogor, dihadiri 700 orang.
Seorang pendeta dari Batam hadir di acara ini. Sang pendeta pulang ke Batam dan sakit. Pada 19 Maret, tes membuktikan sang pendeta positif corona dan, 22 Maret, sang pendeta meninggal.
Kini, 77 warga Batam yang berkontak langsung dengan pendeta tersebut dikarantina.
Beberapa peserta Sinode GPIB juga melaporkan positif corona. Mereka yang dilaporkan positif ini ada yang dari Bekasi, Lampung, dan Kutai Timur. Tapi, sepertinya belum semua 700 peserta Sinode GPIB dites (atau mungkin sudah tetapi tidak diberitakan di media).
Pada pertemuan itu juga ada beberapa pejabat hadir, yakni Ketua MPR Bambang Soesatyo dan Walikota Bogor Bima Arya. Hasil tes menyebutkan Bambang Soesatyo negatif corona.
Namun, Bima Arya positif terinfeksi, mungkin dari pertemuan di Bogor atau bisa jadi dia terinfeksi saat perjalanan ke Turki dan Azerbaijan, pertengahan Maret. Seorang pejabat Bogor, yakni Dedi Rachiem, meninggal akibat corona setelah menjemput Bima Arya dari kunjungan ke luar negeri.
2. Seminar Masyarakat Tanpa Riba, Hotel Darmawan Park, Sentul, Bogor, 25-28 Februari 2020.
Berbagai pemberitaan menyebutkan peserta seminar ini datang dari berbagai kota, termasuk Solo, Samarinda, Lampung. Berita Tempo.co menyebutkan bahwa dua pasien positif corona di Solo dan Magetan adalah pasangan suami-istri yang menghadiri seminar antiriba di Bogor, lalu pulang dan menulari keluarga dan kerabat.
3. Seminar Gereja Bethel Indonesia (GBI), Bandung, 3-5 Maret 2020.
Acara ini dihadiri 2.000 peserta dan belakangan terbukti menjadi kluster yang signifikan. Lebih dari lima pendeta yang mengikuti seminar ini dikabarkan meninggal. Rapid test yang dilakukan Pemprov Jawa Barat, dari 600-an sampel terbukti yang positif ada 226 orang.
Penyebaran yang cukup masif ini, menurut keterangan teman di Garut, antara lain karena ada jemaat Gereja Bethel di Garut yang beramai-ramai mengendarai satu bus membezuk pendeta yang sakit.
4. Musyawarah Daerah Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Jawa Barat, di Hotel Swiss-Bellin, Karawang, 9-10 Maret 2020.
Pertemuan ini dihadiri 400 orang, termasuk para pejabat seperti Ridwan Kamil, Wakil Walikota Bandung Yana Mulyana, dan Bupati Karawang Cecilia Nurrachadiania. Tes menunjukkan Ridwan Kamil negatif corona. Yana Mulaya dan Cecilia positif terinfeksi corona. Yana mengumumkan sudah sembuh pada 27 Maret 2020.
Yang juga patut diselusuri, lima hari sebelum Musda HIPMI ini, Cecilia Sudah batuk-batuk di podium saat melantik kepala desa sekabupaten Karawang. Bagaimana status kesehatan hadirin pelatikan kepala desa tersebut?
Bupati Cecilia kemudian menghadiri Kongres Partai Demokrat, 14 Maret 2020. Semoga tidak ada rantai penularan di acara ini. Rapid test peserta Kongres Partai Demokrat menunjukkan hasi negatif.
5. Ijtima Ulama di Gowa, Sulawesi Selatan, 20 Maret 2020.
Acara ini sudah dibatalkan oleh polisi dan panitia, tapi diperkirakan ada 8.000 peserta masih berdatangan dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri. Belakangan, Dinas Kesehatan Kaltim, melaporkan ada 6 peserta ijtima ulama yang positif corona.
Dari Semarang juga diberitakan, ada enam ODP yang adalah mantan peserta ijtima ulama di Gowa. Lalu, di Lombok, NTB, diberitakan seorang peserta ijtima ulama di Gowa positif terinfeksi virus corona.
6. Penahbisan Uskup di Ruteng, NTT, 19 Maret 2020.
Kendati Sudah diperingatkan banyak pihak, acara Penahbisan Uskup Ruteng, NTT, ini tetap digelar dan dihadiri banyak orang. Namun demikian, sampai kini NTT juga masih mencatat zero (nol) kasus positif corona di seantero provinsi.
7 Dua pasien positif Covid19 di Merauke, Papua
Neville Mustika, Juru bicara Gugus Tugas Penanggulangan Covid19 Kabupaten Merauke, menyatakan ada dua pasien positif Covid19 dirawat di RSUD Merauke. Keduanya adalah suami-istri yang baru pulang dari Timika, menengok pasien Covid19 di sana.
Per 3 April ini, menurut Tabloid Jubi, total kasus positif Covid19 di Papua ada 16 orang, tiga di antaranya telah sembuh, dan satu orang.
8. Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa), Lembaga Pendidikan Kepolisian, Sukabumi
Berawal dari kabar bahwa ada siswa yang sakit Covid19, Kapolri Jenderal Idham Azis memerintahkan agar dilakukan tes cepat di Setukpa Sukabumi. Tes dilakukan pada akhir Maret 2020 dan terbukti ada 300 siswa, atau 20 persen dari 1.500 siswa Setukpa, yang positif. Entahlah, dari mana asal mula penularan. Harus ada evaluasi mendasar dan isolasi ketat di Setukpa, juga di sekolah-sekolah kedinasan yang lain.
9. Pelatihan Petugas Haji Kanwil Jatim Surabaya, 9-18 Maret 2020
Kohar Hari Santosa, salah satu petugas Gugus Covid19 Jatim, melaporkan total ada 19 kasus positif corona virus yang terkait pelatihan tenaga haji di Asrama Haji, Sukolilo, Surabaya.
Ke-19 orang yang positif corona virus tersebut yang paling banyak, yakni 10 orang, berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Enam orang di antaranya adalah petugas kesehatan, dua lainnya adalah tenaga kesehatan, dan dua orang lainnya tertular dari peserta pelatihan. Lalu, dari Kediri ada 2 orang, Lumajang 1 orang, Blitar 1 orang, Madiun 1 orang, Nganjuk 4 orang, dan Surabaya 2 orang yang terinfeksi corona.
10. Masjid Jami, Kebon Jeruk, Tamansari, Jakarta
Per 31 Maret 2020, ada tiga jamaah yang positif Covid19. Hal ini membuat Camat Tamansari mengkarantina 144 jamaah; 39 jamaah dibawa ke Wisma Atlet untuk perawatan lebih lanjut.
11. Gelombang TKI yang dipulangkan dari Malaysia di Riau dan Makassar.
12. Perantau di Jakarta yang telah mudik ke berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dalam beberapa pekan terakhir.
Kedua klaster terakhir, yakni nomor 11 dan 12, belum ada pemberitaan yang konkret mengenai dampaknya.
Begitulah, teman-teman. Virus corona dengan mudah berpindah tempat, menyebar tak hanya di kota-kota besar, tapi juga di daerah-daerah. Blitar, Kediri, Sukabumi, Ciamis, tak kebal dari virus, gaes.
Virus tak kenal batas teritori, tidak pilah-pilih desa atau kota. Dia menumpang pada tubuh manusia. Virus tidak menular, manusia yang menularkan lewat pertukaran droplet atau percikan air ludah.
Jadi, jangan mudik dulu, yesss!
*) Mardiyah Chamim adalah wartawan senior yang tinggal di Jakarta.
Advertisement