Corona, Jepang Gerojok Bantuan Rp57 Triliun untuk Pengusaha Kecil
Jepang mengumumkan bantuan dana kedua sebesar USD4 miliar atau sekitar Rp57 triliun untuk mencegah penurunan perekonomian akibat virus corona. Bantuan ditujukan untuk perusahaan kecil dan menengah.
Bantuan itu juga akan digunakan untuk memperbaiki fasilitas kesehatan, memastikan stok masker sesuai kebutuhan, mendorong program bekerja dari rumah, dan menyediakan subsidi bagi orang tua yang bekerja, dan harus meninggalkan kantornya karena sekolah ditutup.
Menteri Keuangan Taro Aso mengatakan jika bantuan keuangan akan fokus pada bisnis kecil yang membutuhkan bantuan keuangan hingga tiga minggu ke depan.
Pengamat keuangan sebelumnya telah mendesak gabungan kreditor dan bank daerah untuk melakukan pertemuan dengan pelaku bisnis kecil terkait kondisi keuangan mereka.
Jepang berencana mengucurkan bantuan total sebesar 1,6 triliun yen untuk membantu finansial perusahaan kecil dan menengah. Hingga saat ini total sekitar 500 yen telah disalurkan.
Bantuan tersebut mencerminkan tekanan yang dialami pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lesu dan mencegah risiko bangkrut, mengikuti banyak pembatalan dan bisnis pariwisata yang turun dan dikhawatirkan memukul perekonomian dengan keras.
Untuk membantu pendanaan, pemerintah akan memanfaatkan sisa cadangan anggaran fiskal tahun ini sekitar 270 miliar yen, kata Perdana Menteri Shinzo Abe.
“Saya menggunakan manajemen fiskal yang dibutuhkan tanpa menunda, sambil melihat gerakan dan dampaknya pada kehidupan rakyat mulai dari sekarang,” kata Abe.
Bank Sentral Jepang akan menjadi perusahaan yang terdampak wabah corona tidak mengalami goncangan perekonomian sebelum akhir tahun fiskal, pada Maret.
Aso sebelumnya mengatakan jika negaranya belum berkeinginan mengeluarkan bantuan ekstra. Sebab menurutnya, krisis akibat corona belum menyapai krisis di tahun 2009.
“Kami butuh untuk memastikan situasi saat ini,” kata Aso.
Hingga kini sedikitnya 111 ribu orang terinfeksi dan sekitar 4 ribu orang meninggal akibat corona secara global.
Krisis ini menyebabkan Jepang yang menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketiga dunia, mengalami penyusutan pajak penjualan terbesar sejak tahun 2014, di kwartal terakhir Desember. Fakta itu menimbulkan kekhawatiran atas turunnya perekonomian Jepang, dialihbahasakan dari Reuters.
Advertisement