Coblosan Molor Ada 'Tamu Istimewa' KPPS, Antre Satu Jam Lebih
Pengalaman tak mengenakan saat coblosan di salah satu tempat pemungutan suara (TPS) kawasan inisial JG Kota Surabaya, Rabu 14 Februari 2024. Warga membeludak sejak TPS buka pukul 07.00 WIB.
Warga rela antre duduk di kursi plastik di plastik di bawah tenda. Rata-rata warga menunggu lebih dari satu jam. Keringat bercucuran ketika satu jam lebih menunggu antrean dan nama belum dipanggil oleh petugas.
Awalnya, antrean di TPS dianggap wajar karena semua orang ingin nyoblos pagi-pagi. Hingga pukul 12.00 WIB, antrean di TPS tak kunjung habis. Malah semakin membeludak. Padahal bilik suara kosong tiga. Hanya ada satu warga yang mencoblos.
Dari speaker terdengar petugas menyebutkan TPS sudah ditutup. Waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB. Sementara antrean masih banyak. Sementara bilik suara sempat beberapa kali dibiarkan kosong tanpa ada aktivitas coblosan.
Masalahnya pun terungkap begitu warga terdengar rasan-rasan (bergunjing). "Datangnya duluan saya, kok dia yang dipanggil duluan," kata seorang warga.
"Iya suaminya petugas," sahut warga lainnya.
"Ya mungkin sudah nitip duluan, sudah antre surat panggilan dan KTP-nya," ujar warga yang enggan berburuk sangka.
Begitu masuk ke dalam ruangan, ternyata ada warga 'istimewa' yang antre tanpa melalui panggilan suara petugas terdengar di speaker. Ia bukan petugas KPPS. Ia tak pakai tanda pengenal petugas KPPS yang dikalungkan.
Sebelumnya, ada beberapa petugas KPPS memang didahulukan. Mereka memang berhak didahulukan karena bertugas di TPS lainnya, berbeda dengan TPS domisilinya.
"Tunggu dulu ya ini didahulukan," petugas pencatat absen dengan jelas mengucapkan kalimat tersebut.
"Duduk aja dulu," imbuh petugas lainnya.
"'Paketnya' belum jadi (petugas belum selesai menuliskan bagian depan kolom Kabupaten/Kota, Kecamatan/Distrik, Kelurahan/Desa, Nomor TPS, dan Nama Ketua)," jelas petugas yang tampak kelelahan menulis.
Ada jeda 10 menit menunggu petugas menulis dan antrean didahului oleh 'tamu istimewa' tanpa melalui panggilan petugas.
Masalah lainnya terungkap, menurut petugas KPPS di TPS berbeda mengatakan, petugas tersebut enggan membuat stempel identitas untuk memudahkan kerja.
"Stempel diperbolehkan kelurahan untuk memudahkan kerja. Ada anggaran Rp4 juta plus pendirian tenda itu," ucap sumber.
Narsisnya, Ketua KPPS sempat swafoto dengan warga yang memintanya foto bareng. Ngopibareng.id sempat mengira sosok pria yang mengajak foto adalah sesama petugas KPPS. Tetapi, dilihat dari penampilannya sosok pria itu mengenakan kaos dilapisi jaket dan pakai sandal. Sedangkan semua petugas KPPS di TPS itu mengenakan batik dan bersepatu. Petugas keamanan juga bersepatu dan pakai kain di lengan bertuliskan KPPS. Entah untuk kebutuhan apa mereka foto bareng berlatar TPS itu.