Citilink Angkut 2.008 Turis dari Kota Hantu di China
Batam: Wisatawan China terus mengalir ke Indonesia. Mulai Agustus 2017, sebanyak 2.088 wisatawan dari Ordos, salah satu kota di Mongolia Dalam akan tiba di Batam. Sebelumnya, maskapai Lion Air telah mengangkut 1.700 wisatawan dari Provinsi Changsa.
"Mereka datang menggunakan pesawat sewa (charter flight) untuk terbang dari Negeri Tirai Bambu ke Batam. Bedanya, jika turis dari Changsha menyewa pesawat Lion, wisman dari Ordos akan terbang bersama Citilink,” kata General Manager Marketing Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Dendi Gustinandar, Jumat (28/7).
Sama halnya dengan Lion Air, Citilink juga akan mendatangkan 2.088 turis China secara bertahap. Semua diterbangkan secara bergelombang dengan frekwensi 12 kali penerbangan mulai dari 11 Agustus hingga Oktober mendatang.
“Para turis China yang masuk ke Batam ini menggunakan fasilitas bebas visa. Semua akan diterbangkan dengan menggunakan pesawat Airbus A 320 berkapasitas 180 penumpang dengan nomor penerbangan QG5900 dan QG5901,” timpal R Hendra JS, Area Manager Citilink Wilayah Kalimantan Sumatera.
Hendra menambahkan, penerbangan dari Batam dengan nomor pesawat QG 5900 akan berangkat pada pukul 16.30 menuju Ordos dan sebaliknya dari Ordos ke Batam dengan nomor QG 5901 jam 00.00. "Pesawat Citilink ini destinasi akhirnya di Jakarta. Dan akan transit di Batam untuk melakukan CIQ (custom imigration Quarantine)," ujarnya.
Lantas apa daya tarik Ordos? Mengapa juga Citilink sampai berani menerabas daerah yang kerap disebut Kota Hantu Terbesar di China? Wilayah yang berada di tengah gurun Mongolia? Originasi yang banyak dikelilingi gedung tanpa penghuni itu apa bisa sustainable?
Rupanya, Ordos adalah kota dengan cadangan batu bara dan gas alam yang besar. Kota itu diprediksi menyimpan seperenam gas alam di seluruh dunia. Pertumbuhan ekonominya sangat oke. Sejak 2011, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Ordos dan Mongolia telah mengalahkan negara berkembang lainnya di pasar Asia Timur Pasifik. Pada 2013, Mongolia mencatat pertumbuhan PDB sebesar 11,7 persen.
“Dengan destinasi Batam, ini akan matching. Ordos dan Mongolia secara keseluruhan kawasannya dibalut pegunungan yang tertutup salju. Mereka tak bisa lihat laut, pantai, apalagi underwater. Batam punya bahari yang bisa membuat mereka terharu. Turis-turis asal Ordos pasti happy berwisata ke Batam,” ucap Asdep Pengembangan Pasar Asia Pasifik Kemenpar Vinsensius Jemadu.
Dia mengapresiasi upaya Citilink menerabas rute baru Ordos-Batam. "China memiliki ceruk besar wisatawan. Angka outbond-nya menembus lebih dari 120 juta per tahun 2015, dan terus naik. Jadi perlu ada pola perjalanan yang membuat mereka ringkas. Jumlah wisatawan ke Kepulauan Riau juga masih kurang. Dari 2,6 juta kunjungan yang dicanangkan sepanjang 2017, hingga Mei baru tercatat sebanyak 801.000 orang. Ini yang harus dikejar, agresivitas maskapai penerbangan seperti Lion Air dan Citilink ini wajib didukung semua pihak," katanya.
Vinsensius menambahkan Mongolia juga punya kedekatan budaya dengan Indonesia. Salah satunya, bisa dilihat dari sejarah nama "Rupiah" untuk mata uang Indonesia.
"Selama ini banyak orang menduga bahwa nama "Rupiah" berasal dari kata "Rupee" mata uang negara India. Namun, menurut sejarawan yang banyak meneliti tentang sejarah uang Indonesia, Adi Pratomo, "Rupiah" sebenarnya berasal dari kata "rupia" yang memiliki arti "perak" dalam bahasa Mongolia," tuturnya. (Azh)