Citarasa Perpaduan Martabak Mesir dan India, Dikenal Sejak 1930
Martabak telur cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pilihannya bisa pakai telur ayam atau bebek. Namun demikian, belum semua orang pernah mencicipi gurihnya perpaduan kuliner Timur Tengah dengan India tersebut. Biasanya ada yang menyukai martabak manis.
Soal martabak telur, bahannya daging cincang, daun bawang, dan dibumbui dengan rempah-rempah yang dibungkus menjadi satu dengan kulit adonan padat yang ditipiskan. Kemudian digoreng dengan penggorengan khusus berbentuk bulat dan datar.
Martabak telur yang biasa disajikan pada malam hari, merupakan salah satu jajanan favorit di Indonesia dan banyak dijual mulai dari restoran hingga gerobak pedagang kaki lima di pinggir jalan.
Menurut sejarahnya martabak telur ini berasal dari India. Pedagangnya kala itu rata-rata berjambang lebat mengenakan tutup kepala khas India yang menyerupai surban.
Terciptanya martabak telur ini diawali dengan pertemanan antara pemuda asal Semarang dengan pemuda India pada tahun 1930. Pemuda India piawai memasak dari terigu, kemudian mereka membuat sebuah martabak telur versi Indonesia. Bumbunya disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Karena itulah, martabak telur banyak berisi sayur-sayuran selain diisi daging.
Martabak telur kemudian dihidangkan pada acara-acara tertentu di berbagai kota. Misalnya pasar malam atau acara rakyat lainnya.
Dari Semarang martabak telur kemudian menyebar ke seluruh nusantara.
Martabak Mesir
Selain martabak telur, di Indonesia juga ada martabak mesir. Dua martabak ini beda nama tapi sama enaknya. Karena itu penggemar martabak menganggap tidak penting berpolemik asal usul martabak telur maupun martabak mesir yang telah membumi di Indonesia.
Jika dilihat tampilannya, martabak telur dan martabak mesir terlihat sama. Namun, keduanya memiliki perbedaan pada asal, bahan pembuatan dan cara penyajian.
Sekilas, martabak mesir ini seperti martabak telur yang lebih populer dikenal masyarakat. Berupa adonan yang diberi isian, dilipat-lipat, dan digoreng.
Martabak mesir diperkenalkan pertama kali di Kota Kubang, Sumatera Barat. Martabak ini juga dikenal dengan sebutan martabak Kubang.
Martabak mesir atau martabak kubang adalah kudapan yang bahan dasarnya sama dengan martabak telur. Yang membedakan adalah daging yang dicincang menggunakan bumbu rendang disajikan bersama kuah cuka. Disebut martabak kubang, menurut sejarahnya martabak Mesir tercipta di Kubang. Salah satu daerah di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Maka tak heran kalau di Rumah Makan Padang juga ada gerai martabak mesir.
Masyarakat di luar Sumatera Barat, lebih sering menyebutnya sebagai Martabak Kubang. Adapula yang menyebutnya sebagai Martabak Padang, karena masyarakat non Minangkabau lebih mengenal etnis penjualnya sebagai 'Orang Padang'.
Martabak mesir terlihat serupa dengan martabak telur, tetapi berbeda dari bahan-bahan yang digunakan maupun penyajiannya. Makanan ini juga perpaduan antara cita rasa Timur Tengah-India dengan citarasa lokal Minang.
Sejarah
Asal usul martabak, termasuk martabak Mesir, adalah dari Timur Tengah dan India. Martabak berasal dari kata mutabbaq (bahasa Arab: مطبق) yang berarti "terlipat", merujuk pada makanan roti pipih yang dilipat-lipat saat pembuatannya. Dulu sembari berdagang, terjadi pula akulturasi budaya Arab dan India dengan masyarakat setempat, termasuk dalam hal makanan. Martabak oleh bangsa Arab dan India disajikan dengan berbagai macam jenis olahan dan rempah rempah.
Istilah "Mesir" pada martabak ini muncul karena saat itu makanan ini pertama kali dibawa oleh orang Arab dan India berkulit hitam. Kemudian menjadi salah kaprah oleh masyarakat setempat dan disebut sebagai "Orang Mesir". Hingga akhirnya dinamakan martabak mesir oleh masyarakat setempat.
Terlepas dari itu, masyarakat setempat menyukai martabak tersebut hingga dipadukan dengan citarasa Minangkabau. Campuran daging giling yang digunakan sebagai isian martabak dicampurkan dengan beragam rempah hingga menyerupai daging rendang.
Harga martabak telur maupun martabak mesir beragam tapi cukup terjangkau Dari Rp 35.000 sampai Rp 50.000, tergantung berapa jumlah telur yang diminta.
Advertisement