Cita-Cita Jadi Pilot, Bupati Beri Inspirasi Siswa SMAN 1 Wates
Suasana halaman SMAN 1 Wates, Kabupaten Kediri tampak ramai. Perwakilan siswa mulai berkumpul untuk mengikuti kelas inspirasi.
Usut punya usut, guru kelas inspirasi pada Kamis, 18 Agustus 2022 itu adalah Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana.
Tak banyak yang mengetahui, ternyata dulunya orang nomor satu di Kabupaten Kediri ini bercita-cita menjadi seorang pilot.
Hal ini disampaikannya langsung saat memberikan motivasi di acara tersebut. Kepada para siswa, bupati yang akrab disapa Mas Dhito itu bercerita bahwa dirinya saat menduduki bangku SMA bercita-cita ingin menjadi pilot.
Namun, lanjutnya, takdir berkata lain. Tuhan menggariskan dirinya menjadi seorang kepala daerah di Bumi Panjalu.
“Saya dulu punya cita-cita jadi pilot. Namun Allah SWT berkata lain, akhirnya jadilah saya sebagai kepala daerah,” tuturnya.
Cita-cita menjadi juru terbang itu dipilihnya karena alasan sederhana. Menurutnya, menjadi seorang pilot bisa pergi ke mana saja dengan gratis.
“Supaya saya bisa pergi kemana pun dengan mudah dan gratis,” ceritanya di depan siswa SMAN 1 Wates.
Dari cerita tersebut, Mas Dhito berbagi kisah di masa sekolah hingga dirinya diangkat menjadi bupati. Menjadi pemimpin, kata Mas Dhito, harus memiliki kontrol diri untuk membagi pikiran, tenaga dan hati untuk menyelesaikan persoalan.
“Jadi pemimpin susah-susah gampang. Tiap hari harus switch pikiran di pagi, sore, malam. Bahkan per jam dan per menit dengan topik yang berbeda,” katanya.
Untuk mencapai taraf itu, Mas Dhito menambahkan, yang wajib dimiliki siswa adalah pattern atau target. Menentukan target jangka pendek, menengah, dan panjang.
Usai memberikan motivasi, orang nomor satu di Kabupaten Kediri ini dicegat salah satu siswa kelas 11 IPS 1, Cindy Aulia Ramadhani. Ia bertanya mengenai cara Mas Dhito dalam menanggapi haters.
“Bagaimana caranya menanggapi orang yang kurang suka dengan jenengan?” tanya Cindy.
Menjawab pertanyaan tersebut. Mas Dhito mengatakan bahwa dalam setiap keputusan yang diambil, tidak mungkin akan menyenangkan 100 persen masyarakat Kabupaten Kediri.
“Jadi, jika mayoritas masyarakat merasakan dampak positifnya, maka keputusan akan tetap diambil,” pungkasnya. (Adv)
Advertisement