Cita-cita Arum Sabil Dirikan Sekolah Internasional di Jember
Tak terasa "Pelita Hati School" sudah mewarnai dunia pendidikan di Jember, Jawa Timur selama 17 tahun terakhir. Sekolah yang dibangun oleh tokoh petani nasional asal Jember, Arum Sabil ini, menjadi kebanggaan warga Jember, lantaran sekolah bertaraf Internasional satu-satunya di sana.
Ditemui di Kantor Ngopibareng.id beberapa waktu lalu, pengusaha asal Jember itu kembali menceritakan, awal mula keinginannya membangun sekolah tersebut dan tantangan yang dihadapi selama 17 tahun terakhir.
Cita-citanya sederhana ia hanya ingin anak-anak di Jember memiliki kemampuan untuk bersaing di internasional, serta menanamkan ilmu alam pada diri setiap anak didiknya.
"Saya menyadari membuka sekolah internasional tidak banyak peminat. Saya membuka sekolah dengan dua kurikulum, yakni kurikulum Cambridge dan kurikulum nasional, Indonesia. Sehingga anak-anak yang mungkin ada mau sekolah ke luar negeri siap untuk ke sana dan percaya diri," kata Ketua Umum Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI).
Buka Sekolah Internasional di Jember
Sejak dibangun pada 2006 lalu, Arum Sabil tak pernah melupakan yang menjadi landasannya membuat Pelita Hati School. Hal itu berawal dari latar belakangnya yang merupakan anak buruh tani dan tak mempunyai kemampuan berbahasa asing sebagai modal utama bersaing di kancah internasional.
Meski kini dirinya sudah menjadi pengusaha yang diperhitungkan di Jawa Timur maupun Indonesia, Arum juga pernah merasakan minder karena tak bisa berbahasa asing.
"Saya anak buruh tani, nyaris tak memiliki kemampuan bahasa asing apa pun. Keluar negeri terasa di hutan belantara karena tidak mengerti bahasanya, terutama saat menerima tamu dari luar negeri karena beda bahasa," terang Arum Sabil.
"Ketika merekrut anak muda yang bisa bahasa Inggris, tapi belum tentu bisa mengerti bahasa-bahasa dalam agrobisnis, karena istilahnya sedikit beda jadi memang sedikit kesulitan,"
Dari banyak pengalaman tersebut, Arum Sabil akhirnya memantapkan diri untuk membuat sekolah bertaraf internasional untuk anak-anak Indonesia, khususnya di tanah kelahirannya, Jember.
"Oleh karena itu, saya berpikir harus membuat sekolah untuk anak Indonesia di daerah tidak melihat latar belakangnya apa, agamanya apa, sukunya apa dan lainnya yang penting itu untuk anak Indonesia," ungkapnya.
Tantangan dari Masyarakat
Selama 17 tahun berjalan bukan berarti tak ada tantangan yang dihadapi. "Tantangan pasti ada, tidak mudah apalagi yang sekolah di sana berasal dari latar belakang berbeda, mulai dari agama, suku, etnik yang berbeda," papar pria asal Jember ini.
Bahkan, ia sempat dituduh ingin mengubah keyakinan seseorang karena sekolahnya menerapkan sistem yang terbuka. "Ketika ada yang mengatakan, saya mau meng-Kristen yang Islam atau sebaliknya. Saya tidak tahu kenapa hal itu terjadi, hanya karena sekolah ini menerapkan sistem terbuka," jelasnya.
Padahal yang terjadi adalah pendidikan disiapkan sesuai porsinya, termasuk ilmu dalam beragama. Murid yang beragama Islam disiapkan tempat dan pengajar yang sesuai. "Mereka diajari iman dan Islam yang cukup. Kalau Kristen ya kita siapkan guru yang bisa mengajarkan rohani ya, kita siapkan," tambahnya.
Tanamkan Ilmu
Dari lubuk hatinya, pria yang identik memakai topi bulat ini ingin anak didiknya pintar dengan ilmu agama dan memahami ilmu alam. Sebab, menurutnya saat seseorang memahami unsur alam, ia juga akan paham dirinya sebagai manusia serta bagaimana memperlakukan alam untuk keberlangsungan hidup umat manusia.
"Sebenarnya yang paling penting dari agama itu adalah kemanusian. Anak-anak secara akademik akan saling menghormati, di sini kita kenalkan dengan alam. Alam itu adalah manusia, tanah, air, tanaman dan hewan," terangnya.
Arum Sabil percaya bahwa seseorang yang mengenal unsur alam akan mampu mengenali dirinya sendiri. Karena tak sedikit seseorang tak bisa mengenali dirinya sendiri bahkan hingga usia tua.
"Contohnya, orang kena diabetes, di luar genetika karena gaya hidup dan makanan. Mereka tidak memahami antara kalori yang dibutuhkan dan dikeluarkan tubuhnya sendiri. Kalau anak-anak ini (anak didiknya) mengenali dirinya, mereka pasti bisa mengenal alam, bisa menjaga tanah, air karena air ini bagian dari kita," jelasnya mengutarakan analogi.
Pemahaman mengenai alam ini, ujarnya penting dimiliki semua generasi terutama anak-anak sebagai generasi bangsa. Lantaran kita tidak bisa menutup mata bahwa bumi ini perlu dijaga.
"Ini penting dikenalkan pada anak-anak, tanpa disadari membuang plastik di tanah sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Ini harus dikenalkan pada anak-anak," tandasnya.
Advertisement