Cintailah yang Menyatukan, Ternyata Begini Maksud Ulama
Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) dikenal sebagai figur yang menyatukan umat manusia di muka bumi. Awalnya menyatukan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat di masa jahiliyah. Akhirnya diangkat Allah Subhanahu wa ta'ala (SWT) sebagai Rasul.
Benarkah yang menyatukan itu hanyalah Nabi Muhammad SAW? KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Darut Tauhid, Arjawinangun Cirebon, memberikan catatan singkat berikut:
Manusia adalah eksistensi yang berkomunikasi. Ia tidak mungkin hidup tanpa bicara dengan yang lain. Ketika segala komunikasi mampat, tak ada jalan, dan ketika bicara dengan yang lain tak ada lagi akrab dan tak lagi manis, maka Tuhan adalah satu-satunya Eksistensi yang selalu mengulum senyum dan menyapa begitu lembut, serta tak pernah bosan mendengarkan keluh.
Maka dua eksistensi yang rindu bertemu dan kebahagiaanpun tumpah meruah. Pada setiap momen kehidupan di alam semesta, Tuhan sesungguhnya adalah Realitas yang selalu hadir, menyingkapkan misteri-misteri, al asrar, kenihilan-kenihilan, nuansa-nuansa sekaligus menawarkan kemungkinan-kemungkinan yang sama sekali lain, di hadapan jiwa yang merana, yang mendamba, yang takjub dan yang tak paham.
Jika sudah begini, saya selalu ingat Rumi (Jalaluddin). Dia adalah mistikus muslim yang sastrawan terbesar sepanjang sejarah. Berpuluh dan beribu bait nyanyian rindu dan sedu-sedannya kepada Sang Realitas Abadi telah ditulis Rumi. Dengan nuraninya yang bening yang merindu dia mengurai begitu panjang kehidupan semesta yang sesungguhnya, menurutnya, adalah keindahan semata. Rumi menemukan, semua yang maujud adalah karena Dia Menyinta dan Dicinta.
Rumi bergumam tentang gurunya yang menghilang :
Adalah cinta yang membuatnya terbang pulang
Menyobek, pada setiap saat, seratus tirai penghalang
21.06.2020
HM