Cintailah Saudaramu Walau Tak Seagama, Pesan Rais Am PBNU
Di tengah maraknya sentimen identitas agama di Indonesia, Rais ‘Am PBNU KH Miftachul Akhyar mengingatkan bahwa Islam dengan ukhuwahnya memiliki kewajiban persaudaraan yang harus dilaksanakan.
Pertama, wajibatu muslimin li ikhwanihimul muslimin, dalam bidang ukhuwah islamiyah. Tanda-tanda ukhuwah orang mukmin pada masa awal-awal Islam adalah mereka selalu mendahulukan kepentingan saudaranya lain, walau pun mereka juga sangat membutuhkan.
Kedua, wajibatu muslimin lidz dzimmiyin, kewajiban muslim kepada nonmuslim. Kiai Miftah mengisahkan bahwa pada saat Rasulullah meninggal dunia sebagian sahabat mencari baju perang Rasul. Setelah dicari-cari di berbagai tempat, ada kabar ternyata baju tersebut sedang digadaikan oleh Rasulullah kepada orang Yahudi. Akhirnya Sahabat Ali yang menebusnya.
"Makna Rasulullah menitipkan dan menggadaikan bajunya kepada orang Yahudi adalah bukan karena kebutuhan, tapi disana ada hak-hak di mana umat Islam wajib menjaganya, hak sebagai tetangga, hak sebagai anak bangsa, hak sebagai keluarga besar negara."
“Maknanya apa, mengapa Rasulullah sampai menggadaikan baju tersebut?” tutur Kiai Miftah.
Ternyata, lanjut Kiai Miftah, itu adalah pelajaran dari Rasulullah sebagai sebuah amanah bagi umatnya, yakni cintailah saudaramu walau tidak seagama.
Makna Rasulullah menitipkan dan menggadaikan bajunya kepada orang Yahudi adalah bukan karena kebutuhan, tapi disana ada hak-hak di mana umat Islam wajib menjaganya, hak sebagai tetangga, hak sebagai anak bangsa, hak sebagai keluarga besar negara.
Oleh karena itu, Rais ‘Am PBNU itu menilai orang nonmuslim di Indonesia kebanyakan berstatus mu’ahad (perjanjian), ada kesepakatan, ada perjuangan bersama memerdekaan bangsa ini. Mereka juga punya hak dicintai dan dimuliakan.
Dengan tema besar yang diusung oleh PBNU,ia berharap Munas dan Konbes NU betul-betul menjadi langkah dan lompatan besar bagi Nahdlatul Ulama.
“Semoga apa yang diputuskan bermanfaat, nahdliyin, umat, dan semua saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air,” kata Kiai Miftah.
Mantan Rais Syuriah PWNU Jatim mengungkapkan hal itu, pada acara penutupan Munas dan Konbes NU 2019 di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Jumat 1 Maret 2019.
Dalam kesempatan itu hadir juga Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla yang menutup secara resmi Munas Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul 2019 di hadapan ratusan peserta dan ratusan masyarakat yang hadir pada siang itu. (adi)
Advertisement