Cinta Selain Nabi Letakkan di Perut, Jangan di Hati
Umat Islam mencintai Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW). Peringatan Maulid Nabi menjadi bagian penting bagi sebagian besar umat Islam di dunia. Sayangnya, ada yang kerap mendebat. Ada yang menolak, dengan banyak alasan.
Tapi para ulama dan kiai pesantren mengingatkan, "Cinta Selain Nabi Letakkan di Perut, Jangan di Hati". Guna memahami hal itu, Kiai Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur memberi catatan penting berikut:
Hadis berikut sering disampaikan oleh Gus Baha', tentang kecintaan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:
جاء ﺃﻋﺮاﺑﻲ ﻓﻘﺎﻝ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﻣﺘﻰ ﻗﻴﺎﻡ اﻟﺴﺎﻋﺔ؟
Orang A'rabi bertanya: "Wahai Rasulullah, kapan terjadinya kiamat?"
ﻗﺎﻝ: " ﻭﻣﺎ ﺃﻋﺪﺩﺕ ﻟﻬﺎ؟ " ﻗﺎﻝ: ﻣﺎ ﺃﻋﺪﺩﺕ ﻟﻬﺎ ﻣﻦ ﻛﺒﻴﺮ ﻋﻤﻞ ﺻﻼﺓ، ﻭﻻ ﺻﻴﺎﻡ، ﺇﻻ ﺃﻧﻲ ﺃﺣﺐ اﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ
Nabi menjawab: "Apa kesiapanmu untuk kiamat?". Ia menjawab: "Aku tidak menyiapkan ibadah besar dari salat dan puasa. Kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya"
Nabi bersabda:
المرء مع من أحب
"Seseorang akan bersama orang yang dicintai" (HR Ahmad, Bukhari dan lainnya)
Cinta kepada Rasulullah berbalas cinta yang lebih besar, yakni berkumpul dengan Nabi di akhirat.
Bagaimana cinta kepada selain Nabi? Belum tentu berbalas indah, kadang kecewa dan sakit hati. Makanya kalau cinta kepada sesama manusia jangan dimasukkan ke hati, sebab bila kecewa "sakitnya tuh di sini" dan tidak ada obatnya. Tapi letakkan cinta di perut. Supaya saat terputus hanya merasa sakit perut, tidak sakit hati. Dan sakit perut obatnya murah.
Disahihkan oleh ahli medis dan obat-obatan, Gus Dokter Heri Munajib
Pujian Saat Maulid Sama seperti Natalan?
Dalam sejarah sejak masa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW), para Sahabat Nabi sudah banyak yang bersyair di hadapan Rasulullah, bahkan Nabi menunjukkan rasa bahagia.
Di antaranya adalah syair yang dikumandangkan oleh Sawad bin Qarib yang diriwayatkan oleh ulama ahli hadis, tafsir dan sejarah, yaitu Al-Hafidz Ibnu Katsir:
ﺛﻢ ﺃﺗﻴﺖ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻓﺈﺫا ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻓﺪﻧﻮﺕ ﻓﻘﻠﺖ: اﺳﻤﻊ ﻣﻘﺎﻟﺘﻲ ﻳﺎﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ. ﻗﺎﻝ ﻫﺎﺕ ﻓﺄﻧﺸﺄﺕ ﺃﻗﻮﻝ:
Lalu aku datang ke Madinah, ternyata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersama para Sahabatnya. Aku mendekat dan berkata: "Dengarkan syairku, wahai Rasulullah". Nabi bersabda: "Silakan". Aku bersyair:
ﻓﺄﺷﻬﺪ ﺃﻥ اﻟﻠﻪ ﻻ ﺷﺊ ﻏﻴﺮﻩ • ﻭﺃﻧﻚ ﻣﺄﻣﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻏﺎﻟﺐ
Aku bersaksi bahwa sungguh Allah, tiada apapun selain Dia. Sungguh engkau dapat dipercaya di atas semua pemenang (riwayat lain غائب)
ﻭﺃﻧﻚ ﺃﺩﻧﻰ اﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ ﻭﺳﻴﻠﺔ • ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﻳﺎ اﺑﻦ اﻷﻛﺮﻣﻴﻦ اﻷﻃﺎﻳﺐ
Sungguh engkau adalah PERANTARA terdekat kepada Allah di antara para Nabi, wahai putra orang-orang mulia
ﻭﻛﻦ ﻟﻲ ﺷﻔﻴﻌﺎ ﻳﻮﻡ ﻻ ﺫﻭ ﺷﻔﺎﻋﺔ • ﺳﻮاﻙ ﺑﻤﻐﻦ ﻋﻦ ﺳﻮاﺩ ﺑﻦ ﻗﺎﺭﺏ
Jadilah engkau pemberi syafaat kepadaku di hari tidak ada pertolongan, selainmu, yang diperlukan untuk Sawad bin Qarib
ﻗﺎﻝ ﻓﻔﺮﺡ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺑﻤﻘﺎﻟﺘﻲ ﻓﺮﺣﺎ ﺷﺪﻳﺪا، ﺣﺘﻰ ﺭﺋﻲ اﻟﻔﺮﺡ ﻓﻲ ﻭﺟﻮﻫﻬﻢ.
Lalu Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya senang dengan syairku, hingga kebahagiaan terlihat di wajah mereka (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 2/408)
Itu kan daif? Sejak kapan para ulama Salaf menolak kedaifan riwayat dalam soal sejarah dan pujian-pujian untuk Nabi? Buka saja kitab-kitab sejarah akan banyak ditemukan penyair-penyair dari Sahabat yang mengandung pujian untuk Nabi.
Demikian penjelasan Kiai Ma'ruf Khozin, yang juga Ketua Ahlussunnah Waljamaah Center Nahdlatul Ulama (Aswaja Center NU) Jawa Timur. Semoga bermanfaat.