Cinta Rasul Ada Batasan, Gus Amak: Jangan Sampai Menuhankan Nabi
Ketua PCNU Kota Pasuruan, Mohammad Nailur Rochman mengatakan, Nabi Muhammad SAW adalah manusia terbaik dan Nabi yang paling istimewa. Begitu pun, menurut Gus Amak -- panggilan akrabnya -- ada batasan jangan sampai menuhankan Nabi, karena bagaimanapun Nabi bukanlah Tuhan.
Menurut Gus Amak, yang putra KH Idris Hamid, ada tolok ukur menjadikan seseorang sebagai panutan:
1. Hukum Islam (Syari'at)
2. Standar Etika (Akhlaq)
3. Hukum Positif (hukum yang berlaku di sebuah negara)
"Yang tidak memenuhi tolak ukur diatas, tidaklah pantas diikuti. Sekalipun tidak pantas diikuti, tetap tidak boleh dihina. Pada dasarnya semua manusia adalah sederajat dan sama-sama memiliki harga diri yang harus dijaga kehormatannya," tutur Pengasuh Perguruan Bayt Al-Hikmah Pasuruan, Selasa 17 November 2020.
Menurutnya, siapapun tidak ada hak untuk merendahkan kehormatan orang lain, apalagi antarsesama Muslim.
"Hidayah datangnya dari Allah, tapi apakah orang yang belum dapat hidayah pantas ditertawakan? Kemana perginya dakwah Nabi yang indah?
"Tugas kita sebagai Muslim adalah mengajak sesama manusia untuk beribadah kepada Tuhannya semua manusia yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena siapapun mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ampunan Allah dan masuk ke dalam Surga-Nya.
"Ajaran dalam Islam tidak membenarkan bahwa dengan modal "kemuliaan" kemudian boleh merendahkan siapa saja, boleh melakukan apa saja, boleh mengatakan apa saja, termasuk menebar "kalam fahisy" yang berupa olokan-olokan penghinaan dan ujaran penuh caci maki dan kebencian.
"Nabi Muhammad SAW adalah manusia terbaik dan Nabi yang paling istimewa, itupun ada batasan jangan sampai menuhankan Nabi, karena bagaimanapun Nabi bukanlah Tuhan. Jika untuk mencintai manusia paling mulia saja tidak boleh melebihi batas ke"hamba"an, maka mencintai manusia biasa juga harus terukur sesuai ketentuan, tidak berlebih-lebihan. Wallahu A'lam".
Demikian penjelasan Gus Amak.