Cinta kepada Makhluk Allah Ta'ala, Kisah Malaikat Jadi Burung
Dikatakan bahwa sesungguhnya Nabi Musa alaihissalam berkata, “Wahai Tuhan, berilah wasiat kepadaku!”
Tuhan menjawab, “Cintailah makhluk-Ku!”
“Ya,” jawab Nabi Musa.
Kemudian, Allah SWT hendak melihat cintanya kepada malaikat. Allah SWT mengutus malaikat Mikail berubah menjadi burung pipit kecil dan Jibril menjadi burung elang. Burung pipit datang kepada Nabi Musa, dan berkata, “Selamatkan aku dari burung elang.”
“Baik,” jawab Nabi Musa.
Kemudian, burung elang datang, dan berkata kepada Musa, “Seekor burung lari dariku. Aku lapar!”
“Aku bisa membuatmu kenyang dari dagingku!” jawab Nabi Musa.
“Aku tidak akan memakan, kecuali dari pahamu.”
“Baik!”
“Aku tidak akan makan, kecuali dari matamu!”
“Baik!”
“Alangkah indahnya engkau, wahai kalimullaah. Aku adalah Jibril, sedangkan burung itu adalah Mikail. Allah SWT mengutus kita kepadamu untuk melihat kecintaanmu kepada malaikat.”
Husain bin Ali mendengar seorang laki-laki berkata di atas Kami “Bertanyalah kepadaku, selain Arsy!” 1)
Husain menjawab, “Wahai engkau, apakah jenggotmu berpasangan atau tunggal?”
Laki-laki tersebut diam dan kebingungan menjawab. Kemudian, ia berkata, “Beritahu aku, wahai anak putri Rasulullah?”
Husain menjelaskan, “Jenggotmu berpasangan, berdasarkan firman Allah SWT:
QS. Az-Zariyat Ayat 49
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
“Dan, segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (OS. ad-Dzaariyaat (51): 49).
Wahab bin Munabbih berkata, “Barang siapa menyela jenggotnya tanpa air, maka kesedihannya akan bertambah. Barang siapa menyelanya dengan air, maka kesedihannya berkurang. Barang siapa menyelanya pada hari Ahad, Allah SWT menambahkan ia semangat. Barang siapa menyelanya pada hari Senin, maka hajathajatnya dipenuhi. Barang siapa menyelanya pada hari Selasa, maka Allah SWT menambahkan harapan kepadanya. Barang siapa menyelanya pada hari Rabu, maka Allah SWT menambahkan kenikmatan kepadanya. Barang siapa menyelanya pada hari Kamis, maka Allah SWT menambahkan kebaikan-kebaikannya. Barang siapa menyelanya pada hari Jumat, maka Allah Swt. menambahkan kesenangan kepadanya. Barang siapa menyelanya pada hari Sabtu, maka Allah SWT membersihkan hatinya dari kemungkaran. Barang siapa menyelanya dengan berdiri, maka agama akan mengendarainya, dan dalam keadaan duduk, maka utangnya akan terlunasi dengan izin Allah SWT.”
Seseorang ditanya tentang sesuatu yang paling utama diberikan kepada seorang laki-laki?
Ia menjawab, "Akal yang sempurna,”
Lalu, dikatakan, "Apabila tidak demikian?”
"Adab yang bagus,"
"Apabila tidak demikian?”
"Diam yang lama,"
Dikatakan, "Apabila tidak demikian?”
Ia menjawab, "Saudara saleh yang memberinya petunjuk,” Dikatakan, "Apabila tidak demikian?”
Ia menjawab, "Kematian yang cepat,”
Oleh sebab itu, dikatakan bahwa manusia terbagi menjadi tiga macam, yaitu manusia utuh, yaitu orang yang berakal, Kedua, setengah manusia, yaitu orang yang tidak mempunyai akal, akan tetapi ia bina memberi arahan kepnda yang lain, Ketiga, manusia tanpa apa-apa, yaitu orang yang tidak mempunyai apa apa dan tidak bisa memberi petunjuk apa-apa,
Termasuk bagian ini adalah seorang raja memerintahkan pengawalnya mencari tukang cantuk untuk mencantuk. Ia bertemu dengan anak paman raja, dan berkata, “Cantuklah pada bagian tubuh yang menyebabkan ia mati, Aku akan memberimu seribu dinar,"
Ketika datang di samping raja, tukang cantuk itu berpikir tentang akibat perintah anak paman raja jika perintah itu dilaksanakan. Raja melihat tukang cantuk berpikir, dan bertanya kepadanya, ia memberi tahu raja tentang kisahnya. Maka, raja memberikan sepuluh ribu dinar. Setelah itu, anak pamannya dibunuh sebab tidak mempunyai akal dan tidak bermusyawarah.
Ketika Adam diusir dari surga, Jibril datang dengan akal, muru'ah, dan agama. la berkata, “Sesungguhnya, Tuhanmu berkata, "Engkau boleh memilih apa saja yang engkau sukai”
Lalu, Adam memilih akal. Jibril berkata kepada muru'ah dan agama-agama ke atas. Mereka berkata kepadanya, “Sesungguhnya, Allah SWT memerintahkan kami agar tidak berpisah dengan akal.”
Tujuh Ribu Kebaikan
Sebagian berkata bahwa diam mempunyai tujuh ribu kebaikan. Aku mengumpulkannya menjadi tujuh kalimat, yaitu diam adalah ibadah tanpa rasa capek. Kedua, itu adalah perhiasan tanpa perhiasan. Ketiga, itu adalah kewibawaan tanpa kekuasaan. Keempat, itu adalah penjara tanpa tembok. Kelima, di dalamnya terdapat kecukupan dari meminta maaf sebab kebanyakan berbicara. Keenam, itu adalah istirahat untuk orang-orang mulia yang sedang menulis. Ketujuh, di dalamnya terdapat penghalang cacat yang disebabkan oleh kelebihan kata-kata yang dengannya diketahui kebodohannya.
Kebodohan ada enam hal. Pertama, marah tanpa sebab.
Kedua, berbicara tanpa manfaat.
Ketiga, pemberian tidak pada tempatnya.
Keempat, menyebarkan rahasia kepada semua orang.
Kelima, mempercayai semua orang. Keenam, tidak mengetahui teman dan lawan.
Demikian wallahu a'lam bisshawab. Dari Kitab An-Nawadir. Semoga kita mendapatkan hidayahNya Amin.