Christin Wijaya, “Ratu†Gowes untuk Donasi
Bersepeda itu olahraga menyenangkan. Sekaligus menyehatkan. Juga bisa mendatangkan uang. Hebatnya bukan untuk pribadi. Dialah Christin Wijaya yang mewujudkan itu semua.
Dengan bersepeda, Christin berbagi dengan banyak orang. Caranya? Menggalang donasi melalui gowes. Tiga kali sudah perempuan cantik ini melakukannya. Jumlah uang yang terkumpul tidak sedikit. Lebih dari Rp. 100 juta!
“Semua dana itu disumbangkan untuk membeli alat kesehatan yang memadai untuk teman-teman tenaga kesehatan. Mereka sangat membutuhkan sebagai garda terdepan penanganan pandemi Covid19,” tuturnya.
Meskipun masih terhitung baru di dunia gowes, tapi dirinya sudah jatuh cinta. “Tahun 2016 saya ingin ikut triathlon. Saya sudah bisa lari dan renang. Tinggal sepeda belum pernah serius. Akhirnya mencoba serius,” ujar anggota Kelapa Gading Bikers (KGB) Jakarta.
Beruntung, tak lama setelah beli sepeda pertamanya, Argon18, Christin mendapatkan sponsor dari salah satu toko sepeda. “Merek yang sama hanya beda tipe,” bilangnya.
Sepeda ini bertahan hingga 3 tahun. Dan mulailah Christin mengikuti even sepeda. Salah satunya Tour de Bintan. “Saya girang banget karena itu even race sepeda pertama. Sayang saya sempat jatuh dan anting rear derailleur saya patah. Akhirnya tidak bisa finish dengan maksimal,” sesalnya.
Tidak kapok, Christin terus mengikuti even sepeda seperti Bromo100, GFNY Bali, Tour de Ambarukkmo, dan Tour de Borobudur. Juga tak absen mengikuti even triatlon di dalam negeri maupun luar negeri.
Terhitung sudah lima even Half Ironman (70.3) diikutinya. Yaitu di Langkawi (Malaysia), dua kali ikut di Bintan (Indonesia), Taitung (Taiwan) dan Srilanka.
Sayang, saat di Srilanka Februari 2019 itu Christin terjatuh saat proses mengambil bidon. Mengakibatkan patah tulang siku. “Padahal sudah niat banget selesai half Ironman Srilanka ini mau ikut full Ironman di akhir tahun. Tapi batal karena harus recovery tangan,” tukasnya.
Sejak pandemi Covid19 melanda Indonesia, Christin libur gowes outdoor. Ibu satu anak ini pun menggantinya dengan gowes dengan indoor trainer bersama aplikasi Zwift.
Nah, saat malam takbiran Lebaran 2020, Christin gowes dan bertemu secara virtual dengan cyclist bule di Zwift. “Bule itu sudah gowes sekitar 700 km. Akhirnya setelah saya cari info ternyata cyclist bule itu adalah reporter CNN yang sedang menuntaskan gowes 24 jam,” tuturnya.
Dari situ, Christin mendapatkan inspirasi untuk mencoba hal “gila” ini, gowes 24 jam nonstop! Sebelum melakukannya, Christin konsultasi soal kesehatan dan nutrisi. Kebetulan dokter yang ditanya itu adalah cyclist sekaligus Zwifter (pengguna aplikasi Zwift).
Setelah yakin dirinya mampu, perempuan yang berkarier di Yuktravel ini ingin bisa memberi dampak lebih bermakna untuk sesama. Diputuskannya, gowes digabung dengan donasi.
Banyak teman yang mendukung ide ini. Ada Iman Santoso, presiden ZID (Zwift Indonesia) bersama para dokter yang anggota ZID. Juga Bona Erwin dari Geraqdotcom. Dukungan besar dari tim www.ayobantu.com yang membuat website donasi.
Akhirnya, tanggal 31 Mei 2020 dilaksanakan gowes 24 jam. Start jam 4 pagi mulailah gowes virtual di Zwift dengan rute Watopia tick tock. “Pilih rute ini karena tidak terlalu berat. Jadi bisa diulang-ulang,” ujarnya lantas tertawa.
Awal gowes tidak ada masalah, tetapi begitu sudah mulai masuk jam empat keesokan harinya, mulailah Christin lelah. Berulang kali menanyakan berapa lama lagi selesai. “Anakku sampai nungguin terus di sebelah trainer sampai subuh. Itu bentuk support dia ke saya,” kenang ibu Milan Mascherano.
Tak disangka, aksi gowes 24 jam Christin berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp54 jutaan. “Angka yang wow untuk saya karena tidak menyangka saya gowes bisa hasilkan uang. Dengan niat mulia untuk berbagi,” bilangnya bangga.
Setelah itu, perempuan kelahiran 1982 inipun mencari aksi “gila” lainnya. Didapatlah ide melakukan Everesting. “Waktu itu saya ikut even global bernama Everesting Hope Challenge dan harus gowes total menanjak setinggi 10 ribu meter,” bilangnya.
Lagi-lagi tim dari Geraqdotcom dan ayobantu.com mendukung aksi ini. Tanggal 27 Juni 2020 dimulailah aksi Christin nanjak gunung Alpe du Zwift di aplikasi Zwift sebanyak 10 kali naik turun.
Kali ini, gowes yang dilakukan selama 16 jam ini berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp. 26 jutaan. “Berapapun nilainya yang penting saya bisa melakukan sesuatu untuk berbagi dengan sesama,” bilang brand ambassador sepeda Trek ini.
Sebulan kemudian, lagi-lagi Christin melakukan “kegilaan” lain. Gowes 1.000 km selama tiga hari! Tidak sendirian, kali ini dia mengajak Andhina Ayuningtyas dan Dyah Ayu. Disepakati gowes tanggal 24–26 Juli 2020.
Betapa bangganya tiga dara ayu ini saat berhasil menuntaskan misi sosial mereka pada hari Minggu 26 Juli jam 13.00. website ayobantu.com melaporkan mereka berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp. 55 jutaan.
Uniknya, Christin selalu mencatat pencapaian itu di badannya! Terlihat sudah ada dua tato di lengan belakang. Tertulis tanggal dan pencapaian gowesnya 24 jam dan everesting.
“Gowes 1.000 kilometer ini mungkin akan menjadi tatto ketiga di lengan ini,” bilang perempuan yang memiliki banyak tato di tubuhnya ini.
Christin sangat bangga dan gembira ternyata kecintaannya pada gowes bisa bermakna untuk orang lain. “Ayo kita semua bisa bermanfaat untuk orang lain dengan cara kita. Asal kita mau dan ada niat!” tutup pengguna sepeda Trek Madone Speed ini.