Membayangkan Kembang Jepun Surabaya seperti Chinatown Singapura
Kawasan pecinan atau Chinatown di Singapura merupakan salah satu kawasan pecinan terbaik di Asia Tenggara. Bagaimana tidak, kawasan tersebut sangat terintegrasi dengan berbagai hal. Mulai dari kawasan komersial sampai dengan stasiun MRT.
Padahal, pada tahun 1970-an, kawasan itu tak ada bedanya dengan Jalan Kembang Jepun di Surabaya. Hiruk pikuk orang berdagang di toko-toko pinggir jalan, hingga macetnya jalan karena kegiatan bongkar muat barang dagangan.
Struktur kawasannya pun juga tak beda jauh dengan Kembang Jepun. Kanan kiri gedung tinggi khas kolonial yang dijadikan tempat berdagang, dibelah dengan jalan yang tak terlalu lebar, yang muat untuk dua mobil berpapasan.
Menurut keterangan salah satu warga Singapura yang sudah tinggal sejak Lee Kuan Yeuw memimpin negeri Singa tersebut, dahulunya kawasan Chinatown merupakan salah satu kawasan kumuh karena sempit dan juga sibuknya kegiatan jual beli setiap harinya.
"Dulu waktu masih ada impact dari Inggris, Chinatown memang khusus untuk orang-orang peranakan China yang datang ke Singapura. Jadi seperti putaran perdagangan mereka di sana, tinggal mereka juga di sana. Tak dipungkiri ya bisa bilang kalau daerah slum atau kumuh begitu," kata Kashmir yang berprofresi sebagai pegawai di salah satu minimarket di Singapura.
Menurutnya, tak hanya kawasan Chinatown saja yang kumuh, hampir 70 persen kawasan di seluruh Singapura saat tahun 1970-an juga seperti itu. Seperti daerah Geylang, Bedok, Little India, hingga daerah kawsan tengah Kota.
"Dahulu di Singapore River ini, masih banyak lah seperti kapal-kapal kayu pedagang punya. Jadi mereka bisa sampai di dekat sana itu, yang sekarang ada patung Merlionnya," katanya.
Namun, semenjak Lee Kwan Yuew menjadi Perdana Menteri Singapura, kawasan-kawasan kumuh tersebut disulap menjadi kawasan yang jauh lebih baik. Tak terkecuali Chinatown. Pembanguan transportasi umum seperti MRT juga membuat kawasan Chinatown kini sudah lebih bersih dan lebih tertata.
Jalan yang dulunya padat akrena lalu lalang kendaraan pedagang dan pembeli, kini ditutup total untuk pejalan kaki. Selain itu, jalan tersebut digunakan pula sebagai pintu masuk stasiun MRT Chinatown. Toko-toko pinggir jalan yang sebelumnya menjual barang-barang khas Tiongkok, mulai dari makanan, pakaian, hingga bumbu dan obat, direlokasi ke Pasar Rakyat yang juga berada di kawasan Chinatown bernama People's Park.
Kini, toko-toko pinggir jalan itu disulap menjadi toko yang modern, yang menjajakan souvenir khas Singapura, makanan khas China, hingga bar-bar yang menjual bir-bir hingga dini hari. Membuat kawasan Chinatown hidup selama 24 jam.
Tak ayal, melihat transformasi Chinatown dari masa ke masa, membuat orang Surabaya bermimpi memiliki hal yang serupa di Kota Pahlawan.
Karena kesuksesan Pemerintah Singapura menata kawasan Chinatown, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengajak para awak media untuk studi banding ke Singapura pada Jumat 20 Desember 2019 hingga Sabtu 21 Desember 2019, untuk melihat bagaimana Pemerintah Singapura melakukan penataan pembangunan di kawasan pecinan tersebut.
Tanda-tanda Pemkot akan merevitalisasi Kembang Jepun? Kita lihat saja bagaimana hasil dari kunjungan yang diinisiasi oleh Pemkot tersebut. Apakah hanya formalitas kunjungan saja, ataukah untuk siap-siap revitalisasi.