Chat WA Cerai Picu Neneng Bunuh Dini
Oleh: Djono W. Oesman
Jangan remehkan istri yang cemburu. Neneng Umaya, 24 tahun, istri IDG, 27 tahun, punya tiga anak. IDG selingkuh dengan Dini Nurdiani, 26 tahun. Neneng membunuh Dini dengan lima tikaman ke dada.
-----------
Kasus ini menghebohkan warga Jakarta di long weekend, kemarin. Wajah dan postur Neneng di foto berbagai media massa, kelihatan imut. Tapi polisi menetapkan dia sebagai tersangka tunggal pembunuhan Dini.
Bahkan, pembunuhan itu direncanakan Neneng sendirian secara rapi. Tapi, dia tak memahami jalan pikiran polisi. Sehingga tertangkap. Ditahan di Polres Bekasi.
Kasat Reskrim Polres Bekasi Kota, Kompol Ivan Adhitira kepada wartawan, Senin 16 Mei 2022, mengatakan: "TKP-nya di Bekasi Kota. Jadi, penanganan perkara di Polres Bekasi Kota."
Konstruksi perkara: IDG dan Dian sekantor, sesama petugas cleaning service di sebuah bank BUMN di Jakarta Pusat. Mereka menjalin asmara sejak Januari 2022.
Padahal, IDG suami Neneng, mereka punya anak tiga. Tinggal di Cipayung, Jakarta Timur. Sedangkan, Dian lajang, tinggal di Cengkareng Barat, Jakarta Barat.
Perselingkuhan IDG-Dian sudah dicurigai istri IDG, Neneng, sejak beberapa waktu lalu. Kecurigaan itu berubah jadi kemarahan luar biasa pada Ramadan lalu. Ketika Neneng kebetulan membaca chat WA di HP suami, isinya begini:
Dian: "Katanya, mas mau ceraiin isteri. Kapan?"
IDG: "Ya sayang, sabar. Ntar habis Lebaran."
Dian: "Asik. Aku ikut, ya."
IDG: "Boleh."
Neneng merasa hancur lebur. Marah, cemburu, sedih, campur-aduk. Belum diketahui, apakah Neneng konfrontir chat itu ke IDG atau tidak. Polisi masih menyelidiki.
Selasa, 26 April 2022 siang, Neneng sembunyi-sembunyi mengambil HP IDG (di rumah, karena jadwal kerja IDG, off), lalu mengirim chat ke Dini, isinya begini:
HP IDG: "Kita ntar bukber, yuk."
Dini di kantornya, Jakarta Pusat: "Hayuk."
HP IDG: "Kamu naik bus, turun di Halte Garuda. Ntar kamu dijemput ponakanku cewek."
Lokasi Halte Garuda di dekat Taman Mini Indonesia Indah, Pondok Gede, Jakarta Timur.
Dini: "Ho'oh."
Neneng segera berangkat dari rumah. Membawa tas. Isinya: Kunci Inggris besar, gunting rumput, pisau dapur, dan seperangkat pakaian. Dia berangkat menuju titik dimaksud, nyetir motor.
Dini juga menuju ke titik yang sama. Pada saat hampir bersamaan. Lalu ketemu. Berkenalan. Lalu Dini dibonceng Neneng.
Sampai di kawasan sepi, dekat perumahan Citra Green Cbubur, Bekasi, motor berhenti. Dini bertanya: "Kok ke sini?" Neneng menjawab: "Janjinya kamu akan dijemput Bang IDG di sini. Bentar, saya beli minum dulu."
Neneng pergi jalan kaki, motor ditinggal. Dini menunggu di motor, sambil main HP. Tak lama, Neneng kembali. Mendatangi Dini dari arah belakang. Langsung menghajar kepala Dini dengan kunci Inggris. Lima kali.
Dini ambruk ke tanah. Mengerang. Neneng ganti senjata, pisau dapur. Lantas berjongkok, menikam perut Dini, beberapa kali. Masih belum puas, Neneng ganti senjata lebih panjang: Gunting rumput. Ditikamkan berkali-kali ke tubuh Dini. Yang langsung diam membisu.
Neneng menyeret tubuh Dini. Dimasukkan ke got besar dekat situ.
Neneng segera ganti pakaian yang berlumuran darah, dengan pakaian yang ia bawa. Lantas, membungkus senjata dengan pakaian itu. Dibuang, tak jauh dari titik pembunuhan.
Prosesi beres. Neneng pulang, seperti tak terjadi apa-apa.
Kakak Dini, Ryan, mencari adiknya yang malam itu tidak pulang. Esoknya, Rabu, 27 April 2022 ia lapor ke Polsek Cengkareng. Laporan orang hilang.
Ryan saat itu kepada polisi mengatakan, Dini pamit ke keluarga, sepulang dari kantor akan bukber bersama teman. "Tapi dia tidak menyebutkan nama teman yang ngajak bukber."
Minggu, 1 Mei 2022 siang, mayat Dini ditemukan warga. Dilaporkan ke polisi. Hasil pemeriksaan, polisi tahu, itulah Dini yang dilaporkan hilang.
Polisi memeriksa banyak saksi. Keluarga korban, teman-teman kantor, CCTV kantor. Penyelidikan masih gelap. Polisi terus bekerja.
Jumat, 13 Mei 2022, barang bukti senjata pembunuhan ditemukan. Kasus terungkap. Neneng ditangkap polisi di rumahnya tanpa perlawanan. Dalam pemeriksaan awal, Neneng langsung mengakui membunuh Dini. Dengan kronologi tersebut di atas.
Neneng dijerat melanggar Pasal 340 KUHP, Pembunuhan Berencana. Ancaman hukum maksimal: Hukuman mati. Setidaknya 20 tahun penjara.
Kematian Dini akibat ulah sendiri. Fokus: WA yang mendorong perceraian IDG - Neneng.
Dalam banyak kasus pembunuhan, di teori kriminologi, korban berpartisipasi memicu pembunuhan. Ibaratnya, korban menggali kubur sendiri.
Kriminolog Amerika, Dr Martin F. Wolfgang dalam karyanya: "Victim Precipitated Criminal Homicide" (1957) menyebutkan:
"Pembunuhan dimulai dari niat pelaku. Tapi kemudian dipicu oleh korban, secara tidak disadari. Seumpama niat pelaku tidak dipicu oleh tindakan atau ucapan korban, sangat mungkin pembunuhan tidak terjadi."
Wolfgang adalah akademisi sekaligus praktisi kriminologi. Ia pengajar kriminologi di University of Pennsylvania, Amerika Serikat (AS). Sekaligus pengamat di Homicide Squad of the Philadelphia Police Departement, AS.
Wolfgang: "Mayoritas pembunuhan, akibat dipicu oleh korban."
Kecuali dalam pembunuhan, yang korbannya tidak bersalah. Atau akibat suatu kecelakaan, atau akibat salah faham.
Hasil riset Wolfgang ini penting bagi masyarakat. Waspada diri, agar tidak jadi korban pembunuhan. Sebab, semua korban pembunuhan yang memicu terjadinya pembunuhan, tidak menyadari, bahwa korban lah pemicu pembunuhan.
Wolfgang merinci empat tahapan dalam proses pembunuhan, begini:
1) Harus ada provokasi yang memadai. Provokasi atau masalah kuat, menghasilkan kemarahan pelaku.
2) Pelaku tergulung dalam panasnya hati. Pelaku sangat marah. Terhadap sesuatu yang terkait korban.
3) Panasnya hati pelaku, tidak segera didinginkan. Bahkan, korban melakukan sesuatu, atau mengatakan sesuatu, sebagai pemicu.
4) Hubungan kausalitas antara provokasi, panasnya hati, dengan ucapan korban sebagai pemicu. Terjadilah pembunuhan.
Dalam kasus Neneng bunuh Dini, chat WA cerai adalah pemicu dari korban.
Sangat mungkin, Neneng tidak mengkonfrontir ke IDG soal chat rencana cerai itu. Apakah itu benar akan dilakukan atau tidak. Seandainya ada konfrontir, sangat mungkin IDG panik, tapi ia bakal segera meredam hati Neneng yang membara.
Dalam teori Wolfgang, jika panasnya hati (calon pelaku) bisa didinginkan (oleh siapa pun), sangat mungkin pembunuhan tidak terjadi. Calon pelaku tidak jadi pelaku.
Tapi, peristiwa itu sudah terjadi. Korban sudah mati. Pelaku dibui, meninggalkan tiga anak yang masih balita. Dianalisis kriminologi, agar jadi bahan renungan bagi masyarakat: Jangan gali kuburmu sendiri. (*)
Advertisement