Kumpulkan Ongkos Haji dari Hasil Mengairi Sawah Tetangga
Tak pernah terpikirkan di benak, Juan (75), calon jamaah haji yang tergabung dalam kloter 28 asal Kabupaten Probolinggo untuk bertolak ke tanah suci.
Hidupnya pas pasan. Rumahnya terbuat dari sesek bambu berlantai tanah. Ia mengaku tak banyak harta yang dimiliki. Ia hanya punya sepeda ontel.
Keseharian, bapak 8 anak ini bekerja sebagai buruh tani, mengalirkan air ke sawah penduduk, serta pekerjaan serabutan lain. Ia juga memelihara satu sapi yang telah untuk melengkapi biaya ongkos naik haji.
Dari hasil mengairi sawah penduduk, Juan, hanya diberi upah Rp 30.000 saja perharinya.
"Kalau pas sawah musim panen saya dikasih tiga puluh ribu dari pemilik sawah. Jadi dalam sekali panen selama tiga bulan setengah itu saya dapat Rp2,5 juta. Tapi kalau panen gagal, ya saya ga dikasih," ujar Juan, saat ditemui di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Kamis, 26 Juli 2018.
Pria asal Darungan, Opo-opo Krejengan, Probolinggo ini awalnya tidak punya niat untuk berhaji. Ia berpikir tidak memiliki cukup uang untuk membayar ongkos naik haji (ONH).
Namun, pikirannya berubah sejak keponakannya mengajaknya untuk daftar haji. Bahkan keponakannya menawarkan bantuan bersama saudara-saudaranya untuk urunan membantu pembiayaan naik haji.
Berbekal uang Rp3 juta dari hasil menabung di salah satu Bank Probolinggo, Juan menitipkan uang pada kepala Kelompok Bimbingan Ibadah Haji di daerahnya, H Saiful. Lantas H.Saiful mendaftarkan haji Juan dengan menggunakan dana talangan.
Untuk melunasi biaya hajinya, Juan mengumpulkan uang dari pekerjaannya. Juan sering dimintai tolong orang untuk bekerja serabutan, seperti memotong kayu, membersihkan kebun dan sebagainya. Juan tak malu melakukan pekerjaan apapun. Baginya, yang penting pekerjaan tersebut halal.
"Ya dari hasil itu, kalau terkumpul sedikit uang saya setor ke Haji Saipul," kata Juan.
Juan pergi haji sendiri tanpa keluarganya. Bahkan Dari ceritanya, ia tidak menceritakan niat pergi ke tanah suci kepada anak anaknya. "Kalau saya cerita daftar haji, ya ga boleh sama anak," tutur Juan.
Namun kini anaknya bangga melihat bapaknya bisa berangkat haji.
Usai menutup biaya ongkos haji, Juan lebih tertarik menyedekahkan uangnya untuk renovasi musholla dari pada rumahnya. Padahal menurut salah satu teman sekamar di Asrama haji, Juan layak mendapatkan bedah rumah. (frd/wit)
Advertisement