Cerita Warga, Dua Guncangan yang Bikin Trauma
Ribuan warga Donggala dan Palu Sulawesi Tengah yang sejak semalam mengungsi, pagi ini, Sabtu 29 September 2018 mulai kembali ke rumahnya setelah memastikan kondisi mulai stabil. Gempa-gempa susulan sudah tidak ada lagi.
Sebelumnya gempa dengan 7,7 skala richter (SR) atau diralat BMKG menjadi 7,4 SR mengguncang Donggala pasa Jumat 28 September 2018 pukul 17.02 WIB. Gempa ini membuat tsunami dengan ketinggian mencapai 1,5 meter di kawasan perairan Palu dan Donggala.
"Saya bersama istri, anak dan cucu saat terjadi gempa yang kedua kalinya (gempa 7,4 SR) langsung segera mengungsi ke tempat ketinggian di Kelurahan Karatuna, bagian timur Kota Palu. Saat itu banyak warga dalam kondisi kepanikan berusaha lari ke tempat ketinggian dan semalam tidur di halaman rumah warga serta jalan-jalan di lereng-lereng bukit," kata Warga Palu yang juga wartaan Antara di Palu Rolex Malaha.
Rolex manceritakan saat terjadi gempa pertama dengan guncangan yang tidak terlalu kuat, dirinya sempat meliput suasana Kota Palu dan menyiarkan berita dari Kantor LKBN Antara Kota Palu. Namun saat terjadi gempa kedua kalinya dengan guncangan yang sangat keras, ia bersama dua pewarta lain dari LKBN Antara Palu yang masih bekerja di kantor langsung berusaha menyelamatkan diri.
"Saat terjadi gempa yang kedua kali, saya berusaha berlindung di bawah meja, begitu karyawan lain berusaha keluar gedung kantor untuk menghindar dari reruntuhan bangunan, tapi bangunan kantor kami hanya retak-retak, kecuali pagar kantor yang rebah," ujarnya.
Di saat susana gempa yang kedua itu, kata Rolex, dirinya terus berusaha keluar dari kantor dengan suasana panik masih sempat memotret keadaan di jalan raya dan dengan telepon genggam dengan menggunakan jaringan Telkomsel sempat mengirimkan gambar foto tersebut ke grup WhattsApp (WA), setelah semua jaringan telpon terputus.
"Saat jaringan Telkom putus, kami terpaksa kehilangan kontak dengan orang-orang, dan saya berusaha menemui keluarga yang kebetulan rumah kami berada sekitar 700 meter dari kantor, untuk segera mengungsi di tempat ketinggian karena saat itu ada kabar bahawa akan terjadi tsunami. Sampai pagi hari ini, kami baru tahu bahwa tsunami terjadi di pantai Kota Palu," ujarnya.
Ia juga menceritakaan saat berusaha menyelematkan diri dan keluarganya untuk mengungsi di tempat kentinggian, sempat melihat beberapa bangunan roboh, seperti swalayan Alfamidi di Jalan Garuda, pesantren, dan mal. Begitu juga jalan raya rusak karena retak-retak dan terbelah akibat gempa," ujarnya.
Ia juga mengatakan saat terjadi pengungsian di perbukitan, sebagian tidur di jalanan dan halaman rumah penduduk dan tidak makam karena tidak ada persediaan makanan, Kalau pun ada warung yang menjual bahan makanan habis ludes terjual.
Ia juga mengatakan, ada bantuan Basarnas dengan membangun tenda-tenda pengungsian, tetapi tidak cukup menampung ribuan warga.
Ia berharap pihak-pihak terkait agar segera memberikan bantuan kepada korban gempa tersebut, terutama bantuan makanan dan obat-obatan karena kondisi warga umumnya masih panik dan trauma. (ant)