Cerita Tentang Masjid Terbesar di Jerman
Cerita Tentang Masjid Terbesar di Jerman
Oleh: Ir. Sukemi
Izinkan kali ini saya ingin berbagi cerita tentang Masjid Turki di Köln, masjid terbesar yang kini berada di Jerman. Tepatnya di kota Köln. Masjid ini disebut Masjid Cologne Central atau DITIB (Diyanet İşleri Türk İslam Birliği) -Zentralmoschee Köln. Sebuah bangunan yang diinisiasi Muslim Jerman dari organisasi besar DITIB perwakilan Zentralmoschee (masjid pusat) di Cologne (Köln), Jerman.
Di Köln ada dua rumah ibadah besar, selain masjid yang akan saya sampaikan ada gereja tua yang di bangun tahun 1245 dan sudah berapa kali mengalami renovasi akibat hancur karena perang dunia I dan II. Tapi kali ini saya mau berbagi cerita tentang masjid dulu. Nanti kesempatan lain saya aka bercerita tentang Gereja Kathedral di Koln.
Masjid ini dirancang dengan gaya arsitektur Ottoman, dengan dinding kaca, dua menara dan kubah setinggi 55 meter. Luasnya 4.500 meter persegi dengan biaya 15-20 juta poundsterling (Rp 262 miliar-Rp 349,5 miliar) untuk pembangunannya.
Dengan luas tersebut, masjid ini menampung jamaah 2.000 sampai 4.000 orang. Gereja Katolik St. Theodore Cologne dikabarkan juga menggalang dana untuk pembangunan masjid tersebut.
Arsitek masjid ini adalah Paul Bohm, yang mengkhususkan diri dalam pembangunan gereja-gereja.
Dalam masjid terdapat plaza dan pintu masuk di lantai dasar, ruang kuliah di ruang bawah tanah, area utama untuk beribadah di lantai atas dan perpustakaan Muslim.
Masjid ini terdiri dari dinding dengan tampilan seperti layar datar yang membentuk kubah di tengahnya.
Sejak awal pembangunan masjid ini telah ditentang oleh berbagai kelompok masyarakat kota Köln. Termasuk di dalamnya adalah seorang pengarang bernama Ralph Giordano, warga sekitar lokasi, kelompok sayap kanan dan kelompok neo-Nazi. Bahkan Jörg Uckermann, sang wakil walikota pun berdiri bersama para penentang tersebut, berseberangan dengan sikap Walikota, Fritz Schramma yang mendukung pembangunan Masjid terbesar di Jerman itu.
Perdebatan terbuka di ranah publik pun mencuat, kecaman dan komentar pedas terlontar dari para penentang pembangunan masjid ini, termasuk demonstrasi jalanan menolak pembangunan masjid dimaksud, seperti yang terjadi pada 16 Juni 2007. Namun menariknya justru jejak pendapat yang dilaksanakan oleh Koran setempat menunjukkan bahwa 63% responden mendukung pembangunan masjid tersebut sementara 27% diantaranya hanya menginginkan pengurangan dari ukuran bangunan masjid yang akan dibangun.
Kontroversi berahir ketika tanggal 28 Agustus 2008 hasil pemungutan suara di Dewan Kota Köln memenangkan rencana pembangunan masjid ini. Pemungutan suara tersebut diikuti oleh semua fraksi yang ada di Dewan Kota kecuali partai Demokratik Kristen. Selama proses pemungutan suara terjadi aksi protes di luar gedung dewan kota yang dilakukan oleh sekitar 30 orang penentang pengesahan tersebut semantara ada 100 demonstran lainnya menyambut gembira keputusan dewan kota tersebut.
Tak puas dengan keputusan dewan kota aksi protes berlanjut namun Izin demontrasi yang akan dilaksanakan oleh kelompok penentang pembangunan masjid yang tergabung dalam Pro Köln tanggal 20 September 2008 secara mendadak dibatalkan oleh pihak kepolisian sesaat sebelum pelaksanaan demonstrasi dengan alasan keamanan publik setelah terjadi kericuhan antara polisi dan para demonstran.
Proses pembangunan segera dimulai setelah mendapatkan persetujuan dari dewan kota dengan berbagai revisi terhadap rancangan awal masjid. Masjid ini berada di Distrik Ehrenfeld kota Köln, hanya beberapa ratus meter dari stasiun kereta api.
Rancangan bangunan utamanya benar benar menjungkirbalikkan pakem pakem bentuk masjid universal yang biasa kita kenal. Bentuk bangunan utamanya dibangun menyerupai sebuah bola dunia dengan dinding dari bahan transparan.
Setelah selesai nanti, masjid ini dilengkapi dengan menara setinggi 55 meter, bazaar, pintu masuk ke ground floor, ruang kuliah di basement, ruang sholat di lantai atas tersedia juga ruang perpustakaan muslim. Penggunaan material glass wall memberikan kesan terbuka bagi masjid ini. hal tersebut memang sengaja dibuat demikian sebagai symbol bahwa masjid ini terbuka bagi siapa saja.
Tata cara ibadah sholat Jumat di sini, seperti yang pernah saya sampaikan saat saya jumatan di Masjid Turki di Mülheim. Nantikan berbagi cerita saya yang lain.