Cerita Tentang Kampung Arab di Ampel, Tampil di Arab News
Bukalah website Arab News.com hari ini. Di halaman depan ada tulisan tentang Kampung Arab di Surabaya, judulnya How Indonesia’s Arab community is keeping its Middle Eastern customs alive. Bagaimana komunitas Arab di Indonesia menjaga adat dan kebiasaan Timur Tengahnya.
Website yang kantor pusatnya di Riyadh, Arab Saudi ini adalah versi online dari koran berbahasa Inggris Arab News. Pemiliknya adalah Pangeran Turki bin Salman al Saud, salah satu putra Raja Salman.
Menariknya, tulisan panjang ini juga terbit satu halaman penuh di koran Arab News edisi cetak hari ini, pada halaman Spotlight. Lumayan, koran berusia 45 tahun ini tirasnya disebut 51.500 eksemplar, tidak hanya berdear di Arab Saudi tapi juga di negara-negara Kawasan Teluk.
Ditulis oleh korespondenya Ismira Lutfia Trisnadibrata, tulisan ini dimulai dengan menggambarkan suasana komunitas keturunan Arab di Surabaya wilayah utara, saat bulan Ramadhan lalu, yang tidak seramai tahun sebelumnya akibat pandemi Covid-19.
"Yang mencolok tahun ini di sepanjang K.H. Jalan Mas Mansyur yang berada di perkampungan Arab Surabaya, adalah tidak adanya kerumunan pembeli makaman. Tidak nampak orang berkerumun di sekitar kios-kios yang menjual makanan Arab yang terkenal, khas makanan Ramadhan.
"Dengan adanya pembatasan sosial karena pandemi COVID-19, kami tidak melihat adanya keramaian seperti tahun lalu," kata Abdullah Albatati, seorang warga keturunan Arab yang dianggap sebagai ketua komunitas Arab di Surabaya.
Selain Abdullah Albatati, nara sumber lain yang diwawancara adalah Zeffry Alkatiri, penulis dan sejarawan dari Universitas Indonesia, Jakarta. Untuk memperkaya tulisan, Ismira Lutfia Trisnadibrata juga banyak mengutip buku terkenal yang ditulis antropolog Belanda dari Universitas Radboud, Belanda, yaitu Mencari Identitas: Orang Arab Hadhrami di Indonesia.
Cukup panjang tulisan ini, nampaknya Abdullah Albatati bukan hanya menjadi nara sumber, tetapi juga sebagai pemandu yang menemani Ismira Lutfia dan fotografer Nunung Tejo Purnomo, blusukan ke kampung-kampung di wilayah Ampel, tempat komunitas Arab bermukim.
Abdullah, 69 tahun, juga keduanya ke beberapa toko milik pedagang keturunan Arab, diantara deretan toko-toko buku yang ada di wilayah Surabaya utara ini. Salah satunya adalah toko buku Salim Nabhan.
Toko buku sekaligus penerbit ini berdiri tahun 1908, yang hingga kini masih mencetak dan menerbitkan buku-buku pelajaran berbahasa Arab untuk pondok pesantren. Toko buku Zamzam juga mereka kunjungi, untuk memperoleh cerita dari pemiliknya, Abdurrahman Hasan Al-Haddad.
Blusukan yang mereka lakukan menghasilkan foto-foto yang khas Ampel, yaitu suasana Ampel Suci, atau Nggubah, yang di kanan kirinya berdiri bermacam toko; busana, kitab, minyak wangi, kelontong, makanan dan sebagainya. Pasar ini mirip bazar yang ada di beberapa negara Timur Tengah seperti Yordania, Irak, Suriah. Istimewanya lagi, pasar di Ampel Suci itu mirip Pasar Seng di Kota Mekah, Arab Saudi.
Sepuluh foto melengkapi tulisan panjang di Arab News versi online. Sedang yang dimuat di versi cetak hanya dua, dengan foto utama Abdullah Albatati sedang berpose di sebuah hotel tua yang ada di Jl. Kiai Mas Masyur, yaitu Hotel Kemadjoean, hotel dua lantai yang dibangun tahun 1928.
Tulisan di Arab News ini, dari sisi jurnalistik amat bagus, bukan cuma bercerita tentang Kampung Arab di Surabaya, tetapi juga memberi latar sejarah cukup dalam, sehingga memberi wawasan baru bagi pembacanya.
"Tulisan mengenai komunitas Arab di Surabaya yang ada di Arab News ini amat bermanfaat, memberi informasi tentang Surabaya pada umumnya, kepada masyarakat di Timur Tengah. Tulisan itu secara otomatis akan memviralkan surabaya dan jawa Timur di ranah internasional," kata Nasar Albatati, adik kandung Abdullah Albatati, kepada Ngopibareng, hari Sabtu.
"Pemuatan kampung Arab oleh Arab News ini menguatkan bahwa pedagang-pedagang keturunan Arab yang ada di daerah Ampel ini punya kontribusi besar dalam menggerakkan perekonomian di Jawa Timur pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Mereka sudah ikut andil sejak puluhan tahun, bahkan mungkin sudah ratusan tahun. Informasi itulah yang kini diketahui lebih mengglobal, melalui tulisan di Arab News," kata Nasar Albatati. Begitulah ceritanya. (nis)