Cerita Shasa Ditolak 15 Kali Sebelum Diterima di FK Unair
Semangat pantang menyerah ditunjukan oleh Shakila Putri Ryanda atau yang biasa dipanggil Shasa, lantaran setelah mengalami 15 kali penolakan dari beberapa institusi lainnya. Ia akhirnya dinyatakan diterima di Fakultas Kedokteran (FK) Unair lewat jalur Mandiri.
Cerita Shasa ini juga sempat viral di TikTok karena unggahannya yang menceritakan perjalanan unik dan mengesankan hingga diterima di FK Unair.
"Saya melalui banyak jatuh bangunnya. Proses ini mengajarkan saya untuk berjuang sampai titik darah penghabisan," ujar alumni SMAN 28 Jakarta ini.
Rajin dan pantang menyerah adalah dua prinsip yang memotivasi Shasa hingga berhasil. Keberhasilannya juga tak terlepas dari dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekat juga menjadi pendorong utama dalam perjuangannya.
"Saya percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil dan yakin bahwa Tuhan memiliki rencana baik yang mungkin belum terungkap," ujarnya.
Menjadi seorang dokter bukan hanya sekadar cita-cita bagi Shasa. Tetapi, ia ingin memberikan dampak besar bagi kemanusiaan. Keinginan ini menjadi pendorong untuk terus maju dan tidak menyerah.
Baginya di terima sebagai mahasiswa FK Unair merupakan hadiah terbaik baginya. Sebab di baliknya ada rasa sabar dan kegigihan yang harus ditempuh.
FK Unair dipilih untuk menempuh pendidikan, tak terlepas dari reputasi unggul dari salah satu kampus tertua di Indonesia ini. Hal ini menarik perhatiannya karena pengalaman dan rekam jejak alumni yang unggul.
Lebih dari itu, program Kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga yang ada di FK Unair menjadi magnet bagi Shasa. Program ini menjadi platform yang memungkinkan untuk mewujudkan aksi sosial dalam membantu masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses kesehatan.
Program tersebut sejalan dengan inspirasi Shasa dari salah satu dokter yang menginspirasi dirinya, yaitu Rumah Sakit Apung milik dokter Lie Dharmawan.
Strategi Belajar Shasa
Shasa menyadari bahwa menjadi mahasiswa kedokteran akan membawa tantangan dan tuntutan akademis yang tinggi. Namun, dia memiliki strategi khusus untuk menghadapi tekanan belajar dan tetap menjaga keseimbangan dalam kehidupannya.
"Pengalaman selama proses seleksi mengajarkan saya cara mengatur waktu dengan bijaksana," ungkap Shasa.
Prioritas utamanya adalah belajar, karena ia menganggapnya sebagai kebutuhan. Setelah itu, ia memberikan waktu untuk bermain dengan teman, menyalurkan hobi, dan hal-hal lain sebagai bentuk self-reward atas kerja kerasnya.
Dengan menerapkan pendekatan work-life balance, Shasa merasa bahwa dirinya mampu mengurangi tekanan dan risiko kelelahan saat belajar.
Cita-cita Shasa adalah meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental di Indonesia. Ia memiliki impian untuk melanjutkan studi di bidang Spesialis Psikiatri.
"Saya ingin mengabdikan diri dalam memberikan layanan kesehatan yang lebih holistik dan menyeluruh," tandasnya.
Advertisement