Cerita Pilu Pelukis PSLI yang Harus Bertahan Hidup Selama Pandemi
Para pelukis yang mengikuti pameran Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) 2021 mengaku sempat mengalami kesulitan dalam menjual hasil karyanya selama berlangsungnya pandemi Covid-19.
Salah satu pelukis yang terdampak pandemi tersebut adalah Harrys Poerwa, pria asal Mojokerto tersebut mengatakan, sepinya permintaan lukisan ia rasakan di pertengahan tahun 2021 ini.
Pada awal tahun 2021 ini, dirinya sempat mendapatkan pesanan lukisan dari Selangor, Malaysia. Rencananya, karya seninya itu bakal digunakan sebagai penghias salah satu rumah milik pelangganya itu.
“Awal (tahun) saya dapat pesenan ke Selangor, saya kirim lewat JNT, pesanya bulan Maret, saya kirim 24 April. Katanya untuk pembukaan rumah,” kata Harrys, di PSLI Jatim Expo, Surabaya, Sabtu, 4 Desember 2021.
Namun, kata Harrys, pesanan tersebut sempat berhenti di kantor bea cukai di Bandara. Ia pun kelimpungan, pasalnya lukisan tersebut juga tidak diberi uang muka oleh pemesan.
“Ternyata lukisan itu ngadat di bea cukai, saya tuntun (pantau) terus itu sampai mana, karena gak ada dp, makanya pengin ndang diterimo (ingin segera diterima),” jelasnya.
Akhirnya, sang pemesan meneleponnya pada akhir Juli 2021, jika lukisannya sudah tiba di tempat tujuan. Harrys pun sangat bersyukur karena akhirnya mendapat pemasukan dan karyanya disukai pembeli.
Harrys mengungkapkan, memasuki pertengahan tahun 2021, pesanan lukisannya terus mengalami penurunan. Bahkan, dia pernah merasakan dalam dua bulan hanya terjual satu karya.
“Menginjak bulan selanjutnya, sebulan cuman satu itu alhamdulillah, apalagi jarang ada pameran. Pokoknya pas pandemi itu, dua bulan hanya satu karya (terjual),” ujarnya.
Padahal, sebelum pandemi melanda ke Indonesia, dirinya dapat menjual hingga delapan lukisan setiap bulannya. Namun, hal tersebut berangsur menurun dengan semakin banyaknya kasus Covid-19 di Indonesia.
Harrys pun bersyukur, pada saat seperti itu masih banyak kolektor yang masih menghubunginya. Walaupun mereka hanya mencari satu lukisan dalam kurun waktu dua bulan.
“Untungnya saya punya kolektor militan, kayak yang punya perusahaan, mereka dua bulan sekali menghubungi saya (cari lukisan) katanya buat rumah yang di Jakarta atau mana,” ucapnya.
Sebelum mengikuti PSLI di Jatim Expo, Harrys juga sempat membuat pameran serupa di kota asalnya. Hal tersebut untuk mendongkrak kembali minat lukisan di masyarakat yang sempat terdampak pandemi.
“Di Mojokerto saya mengadakan seperti ini, tapi karena kendala tempat dan pendanaan, saya hanya mampu membikin 25 stan (pelukis),” kata dia.
“Waktu itu nekat karena ada tawaran bikin pameran. Kalau saya pameran seperti komunitas, dipajang ya gak menarik, saya bikin per stand kayak gini,” tambah Harrys.
Untuk meramaikan pameran itu, Harrys pun mengundang para pelukis yang terhitung tidak jauh dari Mojokerto, yakni Banyuwangi, Batu, Jombang, Jember, Mojokerto, Malang, Surabaya, Sidoarjo.
“Akhirnya saya sebut (pameran itu) seniman BJMS, Banyuwangi, Batu, Jombang, Jember, Mojokerto, Malang, Surabaya, Sidoarjo, kebetulan dua-dua,” ujar dia.
Meski tidak terlalu ramai, kata Harrys, setidaknya para pelukis yang mengikuti pemeran tersebut senang karena ada beberapa teman kolektornya yang datang ke acara itu.
“Saat itu gimana kita semua berjuang, menghubungi kolektor, untuk bisa datang itu luar biasa, untuk beli atau tidaknya itu urusan lain, yang penting datang, saya undang mereka,” ucapnya.
Sementara itu, pelukis Mojokerto lain yang turut mengikuti PSLI, Danyal, membenarkan ucapan Harrys. Ia juga mengaku sangat kesulitan mencari pembeli selama Pandemi Covid-19.
“Iya (pandemi Covid-19) pengaruhnya besar sekali. Pemasukan menurun, pembeli jarang ada,” kata Danyal.
Pelukis dengan seni hitam putih itu mengatakan, biasanya ia menjual karya seninya melalui pasar online. Namun karena sepi pembeli, dirinya terpaksa harus memamerkan lukisan di jalanan Mojokerto.
“Biasanya (jual) lewat Facebook dan lainya, biasanya di situ banyak yang cari. Kalau sepi ya terpaksa jualan di jalan, turun ke jalan cari pembeli,” ucapnya.
Oleh karena itu, Danyal berharap melalui PSLI yang diadakan hingga 12 Desember 2021 mendatang itu semakin banyak kolektor yang mengenal dirinya sebagai seniman hitam putih.
“Saya lihat pembukaan kemarin (Jumat, 3 Desember 2021) ramai pengunjung. Semoga hari ini malam Minggu, bisa lagi, biar dikenal banyak orang,” jelasnya.
Sebelumnya, Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) kembali digelar pada tahun 2021 ini, setelah dua tahun berhenti karena pandemi. Total ada sekitar 130 pelukis dari berbagai daerah yang meramaikan event tersebut.
Berdasarkan pantauan Ngopibareng.id, ketika memasuki Jatim Expo, pengunjung bakal langsung melihat ratusan tenda pelukis yang berjejer rapi dengan dipisahkan panggung yang berdiri di tengah aula.
Para pelukis tersebut memamerkan karya seni lukis yang beragam, beberapa di antaranya memajang lukisan dengan tema pedesaan, kegiatan di pasar, pemandangan, hewan, hingga portrait manusia.