Cerita Petugas Damkar Sidoarjo di balik Kemarau Panjang
Keberanian petugas pemadam kebakaran (damkar) Sidoarjo harus diapresiasi, lantaran mereka berjuang ekstra selama musim kemarau panjang seperti yang terjadi saat ini.
Sebagai informasi, sejak Januari hingga awal Oktober, tercatat kurang lebih 52 peristiwa kebakaran terjadi di wilayah Porong Sidoarjo.
Suka duka menjadi petugas damkar meninggalkan pengalaman tersendiri bagi Ade Ardiananta. Keberhasilan dalam memadamkan api tak lepas dari segala perjuangan tim damkar di lapangan.
Diceritakan Ade, selama 7 tahun menjadi petugas damkar Porong, Sidoarjo banyak pengalaman penuh perjuangan yang tak terlupakan. Menjadi bagian dari tim penyelamat harus memiliki keberanian dan mental baja dalam menghadapi tekanan dan tantangan.
Pemuda berusia 27 tahun ini bercerita, bahwa dirinya pernah kejatuhan bara api sejenis genteng tepat di atas kepalanya saat bertugas memadamkan sebuah bangunan.
"Teman saya pernah jatuh dari ketinggian kebakaran pabrik hingga menyebabkan kakinya patah," ucap Ade kepada Ngopibareng.id, Sabtu 21 Oktober 2023.
Ada juga kebakaran gudang, lanjut Ade, asapnya sampai hitam pekat menutupi gudang sehingga mengganggu jarak pandang. Kondisi tersebut membuat dua teman Ade pingsan.
"Kadang ada petugas yang seharusnya menolong jadinya ditolong, musibah gak ada yang tahu, karena petugas juga manusia," imbuhnya.
Tak jarang Ade bersama timnya harus rela mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan banyak orang dan api segera padam. Seperti ketika kebakaran gudang bahan kimia, asapnya bukan putih lagi tapi hitam. Sedangkan yang terbuka hanya pintu depan, sehingga asap di dalam tidak bisa keluar.
"Waktu itu kita bersepuluh, dua teman maju, terjebak di tengah asap dan pingsan. Sempat terjadi ledakan, dua teman yang pingsan langsung diselamatkan, digantikan lainnya," terangnya.
Ade menjelaskan, saat proses pemadaman berlangsung, hal yang paling membahayakan adalah asap dari penyebab kebakaran itu sendiri.
"Asapnya lebih berbahaya daripada apinya. Sempat memang teman saya yang dua pingsan itu, gara-gara terlalu banyak kena asap, untung ada ambulans yang sudah standby di lokasi akhirnya tertolong," papar Ade.
Menurut Ade, ada dua jenis kebakaran, yaitu ringan dan berat. Misalnya kebakaran lahan kosong itu masuk dalam kategori ringan karena berada di luar ruangan. Itu yang banyak terjadi saat musim kemarau.
"Saat memadamkan lahan kosong kita gak perlu alat pelindung diri (APD) secara lengkap dan alat bantu pernafasan, karena bukan suatu bangunan tertutup. Lahan kosong ini kan terbuka, jadi cukup jaket dan celana tahan panas, masker, sarung tangan kemudian helm bila dibutuhkan," ujarnya.
Sementara itu, kebakaran berat selalu terjadi di dalam ruangan. Menggunakan kelengkapan sama seperti saat terjun ketika memadamkan kebakaran ringan, hanya saja wajib menggunakan helm dan kelengkapan alat bantu pernafasan self contained breathing apparatus (SCBA).
"Yang membedakan kelengkapan yang kita pakai saat terjadi kebakaran ringan dan berat adalah pemakaian helm dan SCBA," kata Ade.
Untuk memadamkan api pada kebakaran ringan dan berat juga berbeda. Kebakaran ringan cukup dipadamkan menggunakan air saja. Namun jika kebakaran berat diperlukan air bercampur busa agar api segera padam.
"Kita lihat dulu apa yang terbakar, kalau memang misalkan tempat atau gedung bahan kimia atau beracun, kita gak bisa pakai air biasa, jadi kita harus campurkan air dengan bahan yang bisa mengubah air menjadi busa, misalkan pakai detergen. Jadi detergen kita tuang ke tangki, setelah itu baru kita semprotkan," jelasnya.
Aksi heroik atas keberanian para petugas damkar Sidoarjo bukan rahasia umum lagi bagi masyarakat sekitar baik dalam dan luar Sidoarjo. Hal ini tergambar dari adanya aktivitas pemadaman gabungan di wilayah luar wilayah Sidoarjo yang memprioritaskan damkar seluruh unit Sidoarjo sebagai rekomendasi utama.
"Banyak pabrik-pabrik di luar Sidoarjo yang menghubungi, cari bantuan di Sidoarjo, karena Sidoarjo terkenal dengan petugas bernyali besarnya," tutup Ade.
Advertisement