Cerita Petani Blora Kepincut Kotoran Sapi
Petani Desa Sidorejo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Jawa Tengah, termotivasi untuk bangkit. Meyakinkan diri kembali ke pupuk organik. Terlebih untuk menggunakan kotoran sapi.
"Semula tidak mau menggunakan kompos. Kotoran sapi. Sekarang banyak yang mau," kata Petani setempat, Mashuri
Pada suatu kesempatan, pria 60 tahun ini mengungkapkan, setelah mengikuti pelatihan dari Pertamina EP Field Cepu, tentang pertanian organik, ia menjadi tahu fungsi dan manfaat dari kotoran sapi. "Sekarang ini petani sangat antusias sekali untuk mencari dan mengumpulkan kotoran sapi," ujarnya.
Dia mengaku tahu dengan kondisi tanah sekarang ini. Beberapa kali tanam, selalu gagal. Bisa jadi, ini karena kondisi tanah kurang bagus. "Kesuburan berkurang. Karena sudah terlalu banyak menggunakan pupuk kimia," jelasnya.
Secara perlahan, kata dia, petani berangsur mengurangi penggunaan pupuk kimia. Beralih menggunakan pupuk organik. Dengan cara menggunakan kotoran sapi tersebut. Digunakan supaya tanah kembali gembur dari sebelumnya keras. "Difungsikan pula untuk mengurangi PH tanah. Sekarang ini sudah berada di bawah normal" katanya.
Dia mengakui, adanya pelatihan dan pendampingan yang diberikan Pertamina EP Field Cepu, bisa membangkitkan semangat petani. "Kami sangat berterimakasih kepada Pertamina EP. Awalnya tidak punya ilmu, akhirnya punya ilmunya," ujarnya.
Satu angkatan dengan Mashuri terdapat 50 orang warga Desa Sidorejo yang mengikuti pelatihan. "Ini bisa berkembang. Dari tetangga ke tetangga lain. Dari yang tidak tahu, akhirnya tertarik," jelasnya.
Sekarang ini, warga mulai mempraktikkan pelatihan. Sebagian sudah tanam dengan cara organik. "Tidak begitu luas. Lahan yang digunakan. Rata-rata sekira 0,2 hektare. Sisanya dengan semi organik," kata dia.
Sebagian lahan, lanjut dia, dengan cara semi organik. Petani sudah meninggalkan pupuk kimia sebesar 50 persen. "Kalau ini berhasil, bisa jadi musim tanam berikutnya bisa full organik," tandasnya.
Dia berharap, dengan cara bertani organik ini bisa mengembalikan kesuburan tanah. Sehingga bisa mengembalikan kejayaan petani seperti dulu. "Tanah yang rusak bisa pulih kembali. Pada waktu tahun 90'an bisa memenangkan lomba desa hingga sampai Istana Negara," katanya.
Itu karena, ubinan tanaman padi di wilayah Desa Sidorejo bisa mencapai 10 ton per hektare. Bahkan bisa menyentuh 12 ton per hektare. "Sekarang satu hektare bisa lima sampai enam ton sudah bagus," kata dia.
Untuk diketahui, Pertamina EP Cepu Zona 11 terus berupaya mewujudkan Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) yang menjadi andalan dalam Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM). PSRLB dinilai lebih tepat sasaran dan tepat guna bagi warga Kabupaten Blora.
Sebelumnya Pertamina sukses merealisasikan PPM pertanian sehat tersebut di Desa Bajo Kecamatan Kedungtuban. Lalu, program itu diduplikasi untuk direalisasikan di Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungtuban. Dimulai pada akhir Mei 2022 lalu. Dengan program ini, dipercaya mampu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan petani.
Oleh karena itu, Pertamina EP Cepu Zona 11 memberi pelatihan PRSLB bagi warga Desa Sidorejo. Pelatihan ini tidak jauh berbeda dengan pelatihan di Bajo, yakni pengelolaan pertanian organik dan obat herbal.
Advertisement