Cerita Penumpang BRT Trans Jateng, Murah dan Bisa Menabung
Sejumlah penumpang BRT Trans Jateng memiliki cerita tentang kemudahan, kenyamanan serta tarif yang relatif murah. Dari survey yang dilakukan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah, kehadiran BRT Trans Jateng mampu menghemat rata-rata Rp 100.300 perorang per bulannya.
Budi Winarti, seorang pedagang di pasar relokasi Terminal Bahurekso Kendal menuturkan bahwa akses BRT Trans Jateng mudah bagi masyarakat. Selain itu, ongkosnya relatif terjangkau bagi pedagang pasar yang berpendapatan pas-pasan.
“Iya, aksesnya mudah karena langsung masuk Terminal Bahurekso. Selain itu, ongkosnya lebih murah,” katanya, Senin, 18 April 2022
Ia menceritakan, mulanya ia berdagang di Pasar Weleri sebelum akhirnya direlokasi di Terminal Bahureko akibat musibah kebakaran, beberapa waktu lalu. Biasanya, ia harus mengeluarkan Rp 7 ribu untuk ongkos transportasi pulang, kali ini hanya perlu Rp 4 ribu.
“Saya asli Kaliwungu. Kalau berangkat naik mobil pikap, dan pulangnya naik bus biasa dengan ongkos Rp 7 ribu. Kalau sekarang pulangnya naik BRT Rp 4 ribu, jadi lebih murah Rp 3 ribu,” lanjutnya.
Menurutnya, dengan tarif murah tersebut ia mampu mengumpulkan uang sekitar Rp 90 ribu er bulan. Uang tersebut bisa dapat digunakan untuk tambahan modal usahanya jualan sayur dan bumbu di pasar.
“Kalau dikumpulkan kita tabung buat tambah modal. Saya jualan sayur dan bumbu,” ungkapnya.
Sustiwi, penumpang lain juga mengaku bahwa ongkos BRT Trans Jateng lebih murah. Biasanya dalam satu minggu, ia bisa memanfaatkan BRT Trans Jateng tiga kali untuk menjemput sekolah anaknya.
“Iya, saya memilih naik BRT untuk menjemput anak sekolah. Anak saya sekolah di Weleri dan saya asli Brangsong. Kalau naik bus biasa tarifnya Rp8 ribu, tapi kalau BRT hanya Rp4 ribu sekali berangkat,” ungkapnya.
Selain murah, menurutnya, BRT Trans Jateng memiliki fasilitas yang nyaman dan aman. Waktu tempuh juga cepat dan tepat waktu.
“Pulang-pergi naik BRT karena cepat dan hemat. Kalau bus biasa ngetem lama, kalau BRT lebih nyaman dan posisi laki-laki dengan perempuan dipisah, ada AC, karena anak sudah panas di sekolah, BRT lebih nyaman, lebih irit,” bebernya.
Sementara, Kepala Balai Transportasi Jawa Tengah, Joko Setyawan mengatakan bahwa kali pertama dilaunching 2017 lalu, saat ini BRT Trans Jateng sudah memiliki 6 koridor dengan total 98 armada. Yakni rute Semarang-Bawen, Purwokerto-Purbalingga, Semarang-Kendal, Purworejo-Magelang, Solo-Sragen, dan Semarang-Grobogan.
“BRT Trans Jateng sebenarnya sudah mulai beroperasi sejak 2017 sebagai bagian dari program Pemprov Jateng yang digagas Bapak Gubernur Ganjar Pranowo. Sejak tahun 2017 kita sudah memiliki 6 koridor dan tahun depan ditambah satu menjadi 7 koridor. Ini sesuai RPJMD yang sudah dicanangkan sampai 2023, dengan membuka pelayanan sebanyak 7 koridor,” ujarnya.
Selama ini, pihaknya telah melakukan survey secara periodik terkait dengan ketermanfaatan kehadiran BRT Trans Jateng. terakhir, survey dilakukan di tahun 2021 dengan jumlah 1412 koresponden.
“Selain itu kita sudah sering melakukan survey secara periodik terakhir tahun 2021 dengan 1412 responden. Dari sana kita mendapatkan ada sekitar 46 persen orang yang tadinya menggunakan kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum. Ini menjadi jawaban mengubah cara pandang masyarakat. Untuk tarif pelajar Rp 2 ribu dan umum Rp 4 ribu," paparnya.
Advertisement