Cerita Penemuan Surat Kematian Dr Soetomo
Hamid Nabhan, seorang penulis dan pegiat sejarah di Surabaya, menyerahkan surat pemberitahuan kematian tokoh Nasional, Dr Soetomo kepada pihak pengurus museum Dr Soetomo di Jalan Bubutan, Kamis, 8 Juni 2023.
Surat pemberitahuan kematian itu diserahkan dalam bentuk sudah dicetak ulang dengan ukuran lebih besar dari aslinya, yakni A4. Alasannya supaya tulisannya bisa dilihat oleh masyarakat yang berkunjung ke museum.
Pria keturunan Arab itu menceritakan, awalnya surat pemberitahuan kematian Dr Soetomo itu ditemukan ketika ia sedang membongkar benda bersejarah peninggalan kakeknya, Syeh Salim Bin Nabyan sekitar 10 tahun lalu.
"Awalnya itu saya bongkar-bongkar lalu dapat surat itu, saya dapat dari peninggalan keluarga. Sudah saya simpan cukup lama, dan bulan lalu saya berkunjung ke museum Dr Soetomo tapi saya lihat tidak ada koleksi surat kematian beliau, akhirnya saya inisiatif untuk memberikan kepada museum, supaya masyarakatnya bisa melihat," terang Hamid kepada Ngopibareng.id.
Surat kematian tersebut ditemukan di rumah peninggalan kakeknya di Jalan KH Mas Mansyur, Nyamplungan, Surabaya. Ia menjelaskan, surat asli kematian Dr Soetomo berukuran seperti pamflet yang menerangkan bahwa pemimpin Nasional tersebut, telah wafat 1 Juni 1936.
Selain itu dalam selebaran tersebut juga disebutkan silsilah Dr Soetomo sampai Syaidina Ali. "Waktu saya temukan itu ya seperti dokumen lawas, kertasnya sudah berwarna kuning. Lalu menjelaskan mengenai meninggalnya beliau serta ucapan duka bangsa Indonesia untuk hal tersebut," terangnya.
Dirinya menduga dahulu pemberitahuan kematian tokoh nasional disebarluaskan lewat selebaran yang disebarluaskan.
Ia menjelaskan, kakeknya merupakan seorang pejuang dan donatur kemerdekaan sehingga memiliki banyak koleksi benda bersejarah.
"Banyak surat penting yang disimpan oleh kakek saya, Salim Nabhan. Beliau adalah
seorang pejuang dan juga donatur kemerdekaan dan merupakan pelopor penerbitan buku buku agama untuk pondok pesantren yang pertama se-Indonesia," paparnya.
Hamid berharap, dengan adanya surat kematian Dr Soetomo bisa menambah kekayaan sejarah dan pengetahuan masyarakat luas. "Yang saya berikan ke museum ukurannya saya lebarkan A4 dari ukuran aslinya, supaya lebih kelihatan tulisannya dan terbaca oleh masyarakat," ungkapnya.
Pengurus museum Dr Soetomo, Reni merasa senang dengan apa yang dilakukan Hamid. "Selain itu kita juga tau tentang bagaimana cara penyebaran berita pada zaman dahulu seperti apa," ujarnya.
Saat ini, surat tersebut masih dalam kurasi oleh kurator dan akan segera dipajang di museum Dr Soetomo.