Cerita Pemain Persik Kediri Ibrahim Sanjaya dan Motor Klasiknya
Sepeda motor C70 Street Club warna hitam itu terlihat terparkir di Mess Persik Kediri di Jalan PK Bangsa Kota Kediri. Dalam beberapa hari ke depan motor klasik itu tak ada yang akan memanasi atau sekedar mengelus-elus. Pasalnya, majikannya sedang pergi sementara waktu. Majikan sepeda motor klasik itu adalah Ibrahim Sanjaya.
Asal tahu saja jika Ibrahim Sanjaya termasuk dalam skuad Persik Kediri yang ikut dibawa ke Bali. Dia bersama dengan teman-teman lainnya akan berlaga di putaran ke 2 Liga 1 2021 bulan Januari 2022 mendatang.
Sebelum bertolak ke Bali, pemain kelahiran NTT (Nusa Tenggara Timur) ini sempat bercerita soal motor klasik miliknya itu. Dia bilang kalau mulai suka dengan motor klasik sejak tahun 2020 lalu. Alasannya, karena motor klasik saat itu lagi ngetrend.
"Saya suka hampir dua tahun lalu. Waktu itu kan motor klasik lagi ngetrend di Kediri. Saya juga suka nongkrong dengan komunitas motor klasik, akhirnya ikutan. Tapi saya belum gabung dengan komunitas motor klasik, karena nggak sempat. Sulit untuk bagi waktunya," kata Sanjaya.
Sanjaya mengaku, sebenarnya ia memiliki dua motor klasik. Tapi satu motor klasik lainnya ia jual, karena alasan kesibukan jarang ia pakai. Kendaraan Trium Street Cup Honda itu ia beli dari temannya seharga Rp6 juta. Kemudian ia jual lagi dengan harga yang sama.
"Waktu itu pembelinya orang Kediri, nomor polisinya juga AG. Saya beli dari teman harga Rp 6 juta, saya jual dengan harga segitu, " kata pemain yang ikut mengantarkan Persik Kediri juara liga 2 sekaligus promosi ke liga 1 ini.
Kini, kendaraan klasik yang dimiliki oleh Ibrahim Sanjaya tinggal satu. Ia sudah mengikat janji dengan motor klasik itu. Tak akan menjualnya ke orang lain. Kecuali, kepada pemilik semula, yang ia beli pada awalnya.
"Saya beli murah 4 juta, tetapi si pemilik awal berpesan minta agar kendaraan tersebut tidak dijual kepada orang lain. Jika pun dijual, saya disuruh menjual kembali kepada dia. Padahal ada juga yang nawar dari orang lain, seharga Rp 5 juta, tapi tidak dikasih," kata mantan pemain Semen Padang itu.
Di tangan Ibrahim Sanjaya, kendaraan itu telah beberapa kali mengalami metamorfosis atau modifikasi baik tentang warna mau pun aksesoris tambahan lainya yang melekat.
"Ini dulu warnanya bukan hitam, tapi kuning. Terus saya ganti jadi warna ungu. Saya tambahi tempat air minum serta saya bikin tulisan aksara Jawa " Ojo Dumeh " artinya ajakan untuk kita tidak sombong," katanya.
Sanjaya menyebut motor itu ia beli dari pengusaha warung nasi di sekitar pusat perbelanjaan di Kota Kediri.
"Motor ini dari Ngadiluwih. Pemiliknya punya usaha warung nasi di Kota Kediri. Motor ini pernah saya pakai naik ke lereng kaki Gunung Wilis, mampir ke kafe 66. Juga pernah naik ke Kecamatan Banyakan. Kalau jarak yang paling dekat, cuman saya pakai untuk mengantar latihan di Stadion Brawijaya saja," katanya.
"Motor ini sulit hidup kalau tidak sering dipakai. Makanya terkadang kalau pagi, saya kasih hidup biar lancar mesinnya. Apalagi nanti saya tinggal di Bali, praktis nggak pernah ke pakai lagi," tambah pemain yang telah memperkuat Persik Kediri selama tiga musim ini.
Advertisement