Cerita Pelaku UKM di Sidoarjo, Bertahan di Tengah Pandemi
Pandemi Covid-19 yang mewabah pada awal 2020 lalu mengakibatkan melemahnya sektor perekonomian di semua daerah, termasuk pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Sidoarjo.
Seperti yang dialami Dewi Sri Utami, perajin tas dari kulit. Perempuan 45 tahun ini rela menjual motor dan rumahnya untuk bertahan di tengah pandemi karena usaha yang dirintisnya sejak 2003 silam bangkrut.
Awalnya, Dewi mengira pandemi Covid-19 hanya sebentar, namun perkiraan dan harapan Dewi meleset jauh. Ia mengaku tidak mendapat orderan sama sekali ketika pandemi.
"Saya tidak menyangka, ternyata pandemi berlangsung hingga saat ini. Sejak Bulan Februari 2020, order baru tidak satu pun saya dapat waktu itu," ucap Dewi, Kamis 10 Maret 2022.
Beberapa outlet souvenir yang sebelumnya rutin dia pasok, sementara menyetop pesanan. Hal itu membuat omzetnya berhenti. Kondisi tersebut sempat membuat Dewi panik, apalagi dia harus menggaji 10 karyawannya. Namun, keputusan darurat cepat diambilnya. Dewi menjual rumah di Desa Wadungasih, Kecamatan Buduran yang dia tinggali.
"Terpaksa rumah yang saya tempati satu-satunya saya jual. Hasilnya untuk melunasi semua tanggungan dan menggaji karyawan. Saya tidak ingin kehilangan mereka,” katanya.
Dewi mengaku tenang, meskipun hampir tidak memiliki penghasilan, setidaknya tidak memiliki tanggungan. Namun, ujian tidak berhenti di situ saja. Karena uang tabungan habis, Dewi terpaksa menjual motornya. Hasilnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Saat itu masa tersulit yang pernah saya alami. Bahkan sering saya kehabisan beras. Begitu juga uang,” ujar Dewi ketika ditemui di rumahnya, di Perumahan Palem Nirwana, Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Buduran Sidoarjo.
Meskipun dalam kondisi terpuruk tidak membuat Dewi putus asa. Dewi kemudian mengambil langkah jitu. Ia menawarkan tas kulit buatannya yang diberi nama 'Bralin' ke beberapa perusahaan-perusahaan besar.
Berkat kesabaran Dewi, harapan perlahan mulai datang. pada pertengahan Bulan Desember 2020 lalu, order pertama datang dari Perusahaan Jasa Tirta.
"Saya menangis dan langsung bersujud. Alhamdulillah saya bisa makan. Pikiran saya itu saja. Bersyukur banget,” imbuhnya.
Setelah itu, pesanan demi pesanan mulai berdatangan dari perusahaan besar, salah satunya BUMN yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas di Indonesia. Dewi berprinsip harus membuat produknya sebaik mungkin, bahkan melebihi ekspektasi pemesan.
“Untuk satu produk, saya bahkan membuat sampelnya lima kali lebih. Hingga saya merasa, ini produk terbaik yang bisa saya buat,” kata dia.
Komitmen Dewi memberikan produk terbaik untuk setiap pesanan membuat Jasa Tirta kembali memesan untuk kedua kalinya. Kali ini, perusahaan tersebut order cover buku berbahan kulit dalam jumlah banyak.
Nominal yang disebutkan Dewi membuatnya sangat bersyukur. Karyawan yang dahulu sempat dirumahkan, kini kembali bekerja. Bahkan mereka sering kali bekerja lembur untuk menyelesaikan pesanan.
Tidak berhenti sampai di situ, Dewi memanfaatkan jaringan internet untuk memasarkan produknya. Pesanan dari Australia, Asia Hingga Eropa pun datang. Untuk pelaku UMKM yang lain, Dewi berpesan agar membuat produk yang istimewa dan unik, sehingga berbeda dengan produk yang lain.
"Alhamdulillah sampai saat ini sudah ada pesanan dari Australia, Belanda, dan negara Asia lainnya meski skalanya masih kecil. Kini omset setiap bulannya sekitar Rp40 juta," tandas Dewi sambil bersyukur.