Cerita Pasutri 'Habis-habisan' Damba Anak Kedua Lewat Bayi Tabung
"Raihlah Mimpimu, Jangan Sia-siakan Mimpi yang Tertunda"
Kalimat ini yang menjadi prinsip hidup yang selalu dipegang oleh pasangan suami istri, Didik Santoso (43 tahun) dan istrinya Titin (35 tahun) dalam hidupnya. Termasuk, saat menjalani proses bayi tabung dalam rangka mendamba kehadiran anak kedua.
Proses bayi tabung yang dijalani Didik Santoso bukan hanya tak mulus dari sisi medis karena istrinya harus menjalani beberapa kali operasi. Tapi, juga cobaan dari sisi finansial keuangan.
Ceritanya dimulai saat Didik sedang fokus menjalani proses bayi tabung di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari Surabaya. Dia mendapatkan kabar jika usahanya yang dirintis di Nusa Tenggara Timur amblas diterjang banjir.
"Saat kita berjuang di sini dengan bayi tabung. Usaha kita roboh, bingung semua. Di sana usaha hilang, tembok runtuh, habis harta benda," kata pria asal Banyuwangi yang lama tinggal di NTT ini.
Meski mendapatkan kabar buruk soal usahanya, tak menyurutkan semangat Didik Santoso dan Titin untuk terus menjalani proses bayi tabung. Mereka tetap punya keyakinan berjuang dulu, hasilnya pasrahkan kepada Tuhan.
Saat mulai fokus dengan proses bayi tabung dengan mengesamping musibah yang dialami usahanya, kabar buruk kembali datang. Diagnosis pertama menyebut sang istri Titin mengalami perekatan usus dan rahim. Ini pula yang menyebabkan jadi susah hamil. Tindakannya harus dilakukan operasi.
Setelah operasi, mereka kemudian diminta selama dua bulan sebelum menjalani proses bayi tabung. Nah, beberapa bulan setelah saat selesai menjalani bayi tabung Titin dinyatakan hamil kembar tak identik.
Namun tak lama saat hamil Titin mengalami gangguan kesehatan lagi. Dia mengalami mual, muntah dan kembung dan akhirnya harus dirujuk ke UGD. Karena kondisi ini Titin harus melakukan operasi ilius obstruktif.
Setelah pulang dari rumah sakit seminggu kemudian harus masuk lagi karena perekatan ususnya. Cobaan datang lagi di usia kandungan 34 minggu, ketuban pecah dan harus dilakukan operasi cessar.
Cobaan masih belum berhenti. Saat operasi cessar ditemukan perekatan plasenta dan rahim. Akhirnya operasi sesar harus berlangsung empat jam lamannya dan lahirlah seorang putri dengan berat 1.750 gram pada tanggal 19 November 2021 lalu.
"Sebelumnya kami juga kehilangan satu bayi saat usia kehamilan trimester pertama," kata Didik.
Keinginan kuat pasangan Didik Santoso dan Titin untuk mendamba anak kedua ini, karena mereka tak ingin kesepian di saat hari tua nanti. Kata Didik, dia dan istrinya ingin saat tua nanti, dirinya dan sang istri bisa dirawat oleh anak-anaknya.
"Saya terinspirasi dari BJ Habibie. Kalau anak sudah besar dan menikah, atau nanti ketika kakaknya kuliah, kami di rumah masih ada hiburan karena ada adiknya ini," katanya.
Terakhir ia pun berpesan, bagi para pejuang garis dua harus tetap berusaha dan percayakan hasil pada Tuhan.
"Poinnya kalau tidak keturunan bukan selamanya tidak ada, kita harus berusaha," imbuhnya.
Advertisement