Cerita Mie Mapan terus Berinovasi hingga Muncul Mie Otot
Berbicara mengenai kuliner mie pangsit atau aneka olahan mie, nama Mie Mapan menjadi salah satu legenda di Surabaya. Siapa sangka resto yang berasal dari garasi rumah kini tetap bertahan karena cita rasanya.
Siapa sangka usaha yang diawali oleh
suami istri Jang Hwa Heng dan Ting Yek Sin ini, kini bisa berekspansi dengan membuka total 24 gerai dalam kurun waktu 30 tahun.
Menu yang disajikan kini juga bukan hanya mie pangsit atau olahan mie, tapi juga aneka macam penyetan. Pengelola Mie Mapan, Steven Sanjaya mengatakan, awalnya usaha ini dirintis orang tuanya sejak 1992. Berawal di garasi rumah di Jalan Rungkut Mapan, Surabaya. Nama Mapan sendiri diambil dari lokasi awal berdirinya dulu.
"Dulu usaha ini dirintis oleh orang tua kami. Diawali di garasi rumah pada 1992. Berjalannya waktu ada pengembangan dan pasang surutnya," terang anak kedua dari pasangan Jang Hwa Heng dan Ting Yek Sin ini.
Pria berusia 52 tahun ini mengatakan, mempertahankan usaha keluarga ditengah pandemi bukan perkara mudah. Tetapi hal tersebut bisa dilewati dan bertahan hingga kini.
Selain itu, menurutnya, perkembangannya usaha ini tak terlepas dari cita rasa mie yang terus dipertahankan.
"Pertahankan rasa dari dulu sampek sekarang, banyak anak-anak suka dengan mie kami. Rasa dan kualitas mie tidak berubah, oriental tidak ada perubahan. Mie juga kami buat sendiri," paparnya.
Ia menceritakan, pada tahun 2007 dilakukan inovasi hingga menciptakan beberapa menu baru seperti, mie babat, mie otot, song mie, mie yamin, katsu dan aneka penyetan.
"Kalau penyetan itu, muncul karena ada beberapa orang yang mindsetnya kalau tidak makan nasi, tidak kenyang. Jadi ada aneka penyetan dan nasi," imbuhnya.
Salah satu inovasi mie yang banyak digemari adalah mie otot. Otot sapi yang ditambahkan dalam mie membuat cita rasa menjadi lebih gurih dan sedap.
Salah satu pengemar mie otot, Nindi mengatakan bahwa rasa mie otot memang cocok dipadukan dilidah. "Rasanya gurih, daging ototnya juga kenyal empuk, enak," kata Nindi.
Terakhir dalam menjalankan usaha, Steven memegang prinsip telaten, sabar dan terus berinovasi."Kita harus telaten, sabar dan terus berinovasi, karena itu pesan orang tua kami," tandasnya.