Cerita Maya Merajut Sejuta Rasa Beribu Makna di Bentang Jawa 2022
Bentang Jawa 2022. Sebuah even gowes ultra distance. Menempuh jarak 1.500 km dalam waktu 6,5 hari. Walaupun bersifat "lomba", sesungguhnya rute Bentang Jawa didesain mengikuti semangat petualangan dan eksplorasi dalam bersepeda.
Jarak dan ketinggian bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk mencapai tujuan, yaitu mengajak peserta menikmati keindahan pesisir selatan Pulau Jawa.
Tidak ada niatan untuk menjadikan Bentang Jawa sebagai ajang "yang tersulit" atau "yang paling menantang", yang mungkin hanya bisa diselesaikan oleh atlet yang paling tangguh.
Akan tetapi, ada ekspektasi bahwa pesepeda yang berniat mengikuti Bentang Jawa, telah memiliki pengalaman bersepeda yang cukup dan/atau tingkatan kebugaran yang mumpuni.
Tidak ada batasan yang pasti apakah seorang pesepeda akan mampu mengikuti dan menyelesaikan Bentang Jawa. Diadakan Minggu, 14 Agustus hingga Sabtu, 20 Agustus.
Menempuh jarak 1.500 km dengan elevation gain 15.000 meter dan batas waktu 156 jam. Seluruh peserta harus menjalani 90 persen rute aspal dan 10 persen rute non aspal.
Maya Anggraeny, salah satu peserta Bentang Jawa 2022 telah sukses menyelesaikan rute ini. Meskipun dia harus lebih dari 30 menit dari COT, tetapi jutaan pengalaman dan cerita akan dikenangnya seumur hidup.
Berikut penggalan cerita dirinya saat mengikuti even ultra distance ini. Dibuat dengan gaya bertutur “saya”.
20 km terakhir sebelum finish saya mulai menangis. Perasaan campur aduk. Apa benar kurang 20 km lagi perjalanan Bentang Jawa ini sudah berakhir? Apa benar saya sudah berhasil menyelesaikan rute ini?
Masih ingat betul sehari sebelum start susah tidur karena deg-degan. Dan siap tidak siap harus start.
Menahan dinginnya hujan dari Sawarna sampai di Pelabuhan Ratu di malam hari pertama start, melawan lutut yang mulai ngilu dan agak bengkak di hari kedua karena tanjakan yang tidak habis-habis menuju CP1 Rancabuaya, menyiapkan mental untuk melewati hutan Giritontro di tengah malam sendirian.
Pertama kali dalam hidup merasakan sekujur tubuh merinding dan rasa takut mulai menjadi ketika badan semakin dingin seperti ada yang memeluk, melawan rasa ngantuk untuk tidak tidur 24 jam di hari ketiga dan keempat demi mengejar COT di CP2 Blitar.
Memang rutenya “agak” bersahabat banyak flat dan elevasinya tidak sepedas di hari sebelumnya tapi jarak yang kurang lebih 700 kilometeran membuat saya memperpendek jam istirahat.
Di hari kelima badan mulai lelah tapi masih harus nanjak dan nuntun dari Coban Trisula plus harus melawan kekuatiran pada diri sendiri kondisi Jemplang yang mulai berkabut, hujan dan dingin 9 derajat di CP3 Ranupani.
Setiap saya berhenti untuk istirahat, selalu sempatkan cek Race Map, melihat posisi teman tapi lawan dengan rasa penasaran dan kekawatiran apa mereka semua baik-baik saja. Apa mereka sehat semua ataukah ada masalah dengan sepedanya?
Iya saya emosional, masih belum percaya bisa finish di Hotel Blambangan Banyuwangi. Saya senyum bahagia. Bahagia karena saya berhasil melawan diri saya sendiri.
Lalu saya menangis. Menangis terharu melihat teman2 saya yang sudah finish duluan under COT, melihat mereka semua sehat dan senyum bahagia menyambut saya. Rasa itu tidak akan pernah hilang di memori saya.
Iya, saya finish over COT 30 menit. Ada rasa menyesal tapi tidak ada yang sia-sia dari setiap kayuhan, setiap perjuangan, setiap pengorbanan selama 6.5 hari yang sudah saya lewati.
Semoga masih diberi kesehatan dan kesempatan, sampai jumpa di Bentang Jawa 2023.
Advertisement