Cerita Marketing PGN yang Tangkap Oknum Atasnamakan PT PGN
Tugas menjadi marketing jaringan gas (Jargas) di PT Perusahaan Gas Negara ternyata tak hanya melulu mencari pelanggan. Tapi juga sampai ngopeni pelanggan agar taat membayar dan jangan sampai aliran jargas di rumah pelanggan terputus.
Pengalaman itulah yang dialami oleh Sumarto, salah satu marketing Jargas untuk wilayah Surabaya. Awalnya, Sumarto tak pernah mengira jika dia akan ditunjuk menjadi marketing untuk program Jargas.
Saat masuk pertama kali di PT. PGN Sumarto sebenarnya lebih banyak berhubungan dengan logistik perusahaan seperti mobil dan harta benda bergerak (HBB) milik perusahaan. Tak pernah terbayang akan berhubungan langsung dengan pelanggan. Namun, suatu saat pria hampir setengah baya ini dipanggil oleh pimpinan di PT PGN Surabaya saat itu. Sumarto pun kemudian ditunjuk menjadi marketing Jargas.
“Awal menjadi marketing banyak masalah yang saya hadapi. Apalagi saat itu pelanggan Jargas berasal dari kalangan menengah ke bawah,” ujar Sumarto suatu ketika.
Masalah yang paling banyak dihadapai pada saat program Jargas pertama kali berjalan adalah soal tagihan. Banyak pelanggan yang menunggak melakukan pembayaran meski mereka sudah menikmati aliran Jargas dari PT. PGN. Usut punya usut, ternyata banyak di antara pelanggan yang tak menerima informasi secara utuh soal program Jargas ini. Sumarto mengamati jika para pelanggan menerima informasi yang salah soal Jargas ini.
“Mereka tahunya Jargas ini gratis. Makanya tak mau membayar,” ujar Sumarto.
Mengetahui akar masalah ini, Sumarto kemudian secara telaten memberikan edukasi kepada para pelanggan Jargas di Surabaya. Sumarto memetakan pelanggan-pelanggan mana saja yang masih mempunyai tunggakan.
Jurusnya, Sumarto tak langsung main keras. Melainkan mengajak bicara dari hati ke hati para pelanggan. Akhirnya dengan pendekatan itu, Sumarto berhasil meluluhkan hati pelanggan yang belum membayar.
Edukasi Sumarto kepada pelanggan tak hanya soal membayar tagihan. Sumarto bahkan juga sempat mengedukasi soal alat-alat kelengkapan pemakaian Jargas seperti selang dan regulator. Karena tak jarang, banyak oknum yang mengambil keuntungan dengan program Jargas dengan mengatasnamakan PT. PGN.
“Saya sering mendapat laporan ada orang PGN yang menjual selang. Namun setelah ditelusuri, mereka ternyata bukan orang PGN,” kata Sumarto.
Akhirnya karena gemes mendapat laporan oknum yang mengatasnamakan PT. PGN, Sumarto pun menyebar kartu nama kepada para pelanggan Jargas. Saat menyebar kartu nama itu, Sumarto juga titip pesan, “Kalau ada yang mengatasnamakan petugas PGN dan jualan selang, tolong hubungi saya,” ujar Sumarto.
Jebakan yang disebar Sumarto ini pun termakan. Akhirnya suatu saat, dia mendapat laporan pelanggan ada oknum yang mendatangi rumahnya mengatasnamakan petugas yang sedang PGN jualan selang.
“Saya menangkap empat orang. Dua wanita satu perempuan. Modusnya, selang lama ditekuk-tekuk, terus bilang kalau selang tersebut sudah retak dan bahanya. Harus diganti,” ujarnya.
Pelanggan pun banyak percaya dengan bualan oknum tersebut.
Setelah berhasil menangkap oknum tersebut Sumarto minta kepada oknum tersebut agar tak mengatasnamakan PGN dalam berjualan. Karena itu sangat merugikan pelanggan. Selang yang biasanya dijual Rp.30 ribu dijual oknum tersebut Rp.300ribu.
“Saya cuma bilang kepada oknum itu tolong jangan diulangi. Kasihan pelanggan saya. Begitu juga dengan pelanggan, saya bilang jangan percaya begitu saja jika ada okum yang mengatasnamakan PT. PGN,” ujarnya.
Advertisement