Cerita LC di Tengah Kebijakan Relaksasi yang Setengah Hati
Duduk di kursi hitam dan berbaju cokelat, Mawar (bukan nama sebenarnya) tampak lesu. Sambil menyedot sebatang rokok dengan duduk menyandarkan seluruh badannya ke kursi dia terlihat resah. Matanya melirik ke segala arah dengan penuh angan-angan. Sesekali dia menyangga kepalanya dengan tangan kanan.
Terhitung sejak Maret 2020, rupanya Mawar hampir kehilangan sumber penghasilan. Mawar yang bekerja sebagai lady companion (LC) di tempat karaoke dipukul mundur oleh pandemi.
Saat itu Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengeluarkan kebijakan menutup tempat hiburan umum, salah satunya karaoke. Tujuannya agar memutus mata rantai virus penyebaran covid-19.
Mengetahui kebijakan tersebut, Mawar tak kehabisan akal. Agar bisa bertahan hidup Mawar memanfaatkan relasi yang dimilikinya. Dengan bekerja secara sembunyi-sembunyi Mawar bersyukur masih bisa menemani tamu dari pesanan jejaring yang dia kenal.
Kondisi ekonomi yang sulit karena pandemi mau tak mau menyebabkan Mawar harus menurunkan standar harganya. Hal ini dia lakukan agar tetap ada pemasukan. Baginya uang berapapun yang diberi diterimanya dengan penuh rasa terimakasih. Mawar pun memahami kondisi klien yang senasib dengan dirinya.
Namun, saking sedikitnya uang yang didapatnya dari menjadi LC, terkadang membuat Mawar ingin menangis. Hatinya menjerit pilu. Baginya jumlah uang tersebut begitu rendah. Mawar lantas menganalogikannya dengan “obralan”.
"Kudu nangis aku rasane koyok diobral. Kathok sepuluh ewu telu, iki kita limang ewu telu. Biyen gak gelem aku dibayar Rp300 ribu, aku ngoyok njalok Rp500 ribu sik iso. Sak iki piro-piro sing diwehi tak terimo, aku wis matursuwun banget iso gawe mangan," keluh Mawar.
Sementara, menyadari pendapatan yang tak menentu Mawar akhirnya memutar otak. Terhitung sudah tiga minggu-an Mawar sepi tamu. Tak mau menyerah dengan keadaan, Mawar lantas memilih menjadi reseller keripik usus. Keripik ini dibelinya dari Lakarsantri. Mawar lalu mengemas ulang dan menitipkannya di warung kopi saudara dekatnya.
Tambahan penjualan keripik akan Mawar gunakan sebagai tambahan penghasilan. Tentunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kendati untungnya tidak seberapa, Mawar mengaku Bahagia sebab ada kegiatan yang bisa membuatnya sibuk.
"Bathine gak sepiro mbak, tapi alhamdulillah iso gae tambah-tambah. Tangan iki cek umek ben gak nganggur. Bosen juga kesuwen nang njero omah (untungnya tidak seberapa, tapi alhamdulillah bisa buat tambahan. Tangan ini biar sibuk terus supaya gak nganggur. Bosan juga di rumah)," katanya.
Di sisi lain, akibat kebutuhan yang membludak dengan pendapatan yang minim, Mawar terpaksa melakukan berbagai cara agar tetap survive. Mulai dari berhutang ke saudara hingga meminta pasokan pundi-pundi rupiah dari kekasih bayangannya. Disebut kekasih bayangan karena perannya seperti suami tetapi tidak terikat hubungan pernikahan.
Mawar rela melakukan apapun agar bisa menyambung hidup. Terlebih, saat ini Mawar masih memiliki tanggungan biaya sekolah ketiga anaknya. Di tengah peliknya pemasukan saat ini, Mawar dibuat pusing oleh banyak sambatan dari teman sesama profesi. Bahkan karena nggak kuatnya mendengar banjirnya keluhan, Mawar sampai menjaga jarak.
"Iki podo susah dewe-dewe, konco-konco podo sambat. Onok sing ngedol iki, iku. Njalok kerjo, lah aku ibuk e ta? Aku sampek slow respon gawe nenangno pikiran, ngelu ngrungokno sambatan,” ucapnya dengan nada jengkel.
Stres dengan keluhan-keluhan tersebut, Mawar berharap tempat karaoke serentak segera dibuka. Rekan kerjanya sudah terlalu lama menahan lapar dengan makan seadanya. Mereka dilanda kebingungan dan kegelisahan akibat ketidakpastian penghasilan. Lebih-lebih mereka tidak ada opsi lain untuk sumber income.
Kebijakan Relaksasi Sama Saja dengan PSBB
Hal serupa juga dialami pengelola salah satu spa yang ada di Jalan HR Muhammad, Hari Purwanto. Ia mengaku, sekarang RHU miliknya sudah tutup total karena bulan puasa.
"Sebelumnya, meski pemberlakuan PSBB kita tetap buka. Meski dilarang pemerintah ya kita nekad. Kalau tidak begini, lantas siapa yang kasih makan?" katanya, saat dihubungi ngopibareng.id.
Pria berkulit putih berambut pirang ini lantas menambahkan, apabila tidak buka Spa-nya ibarat membakar uang. Karena, anak buahnya akan selalu pinjam uang (ngebon) untuk biaya hidup sehari-hari.
"Siapa yang mau tanggung kebutuhan mereka kalau misalnya kita tidak buka? Wong mereka kebanyakan orang-orang pendatang. Mereka di Surabaya ngekost, kalau mereka gak kerja dari mana bisa bayar kost?" katanya.
Menurutnya, kebijakan relaksasi yang terapkan pemkot Surabaya tidak berdampak bagi temapt hiburannya. Menurutnya sama halnya kebijakan PSBB pada saat pandemi Covid-19, toh semua tempat hiburan seperti spa tetap saja tidak boleh beroperasi.
"Sebelum dan sesudah dikeluarkannya kebijakan relaksasi sama saja, tidak ada bedanya. Dulu pada saat PSBB kita dilarang buka, sekarang relaksasi juga dilarang. Malah sekarang harus ini itu kek, tambah ruwet," katanya.
Diketahui, tempat hiburan miliknya mempunyai anak buah kurang lebih 35 orang yang semuanya perempuan. Apabila beroperasi, satu malam bisa meraup pendapatan sekitar Rp7 juta.
"Dulu sebelum pandemi, lumayan. Tapi saat pandemi turun drastis, sehari paling mentok dapat 3 juta bersih. Ini sudah dipotong untuk bayar karyawan dan lain-lain," katanya.
Apalagi, pemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB kemarin, pendapatan dalam semalam sangat minim. Bahkan bisa dibilang zong. "Kemarin awal-awal PSBB itu kita sama sekali tidak ada pendapatan, karena tidak ada pelanggan yang datang. Tapi lama-lama kita nekat buka, meski harus menanggung resiko denda bila kedapatan kena razia," katanya.
Sekarang ini, lanjut Hari, usahanya tutup total karena bulan puasa. "Sekarang kita tutup total, karena bulan puasa. Kalau tidak tutup, resikonya besar. Ya kalau razia dari pemerintah bisa dinego, tapi kalau razia dari masyarakat ndak bisa dinego," katanya.
Pemkot Surabaya Tetap Larang RHU Beroperasi di Bulan Puasa
Pemerintah Kota Surabaya mengeluarkan kebijakan relaksasi untuk tempat rekreasi dan hiburan umum (RHU). Kebijakan relaksasi RHU ini dilakukan secara bertahap. Hanya RHU yang sudah dilakukan assesmen yang boleh beroperasi seperti bioskop dan rumah billyard.
Wakil Sekretaris Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Irvan Widyanto mengatakan, tidak semua RHU dapat izin beroperasi. Hanya dua jenis RHU selain restoran yang mendapat izin sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 23 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan yaitu bioskop dan rumah billyard.
Khusus bioskop karena sudah dilakukan asesmen, sedangkan rumah bilyard merupakan rekomendasi dari Persatuan Olahraga Bilyard Seluruh Indonesia (Pobsi) sebagai tempat latihan.
Itupun, kata dia, juga ada pembatasan jam operasional. Karena bulan puasa, maka harus tutup sementara mulai 17.30 WIB (waktu berbuka) sampai pukul 20.00 WIB.
Dengan larangan buka tersebut, Irvan meminta kepada pemilik usaha untuk dapat memanfaatkan waktu mempersiapkan tempat usahanya agar betul-betul siap dibuka di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 usai lebaran nanti. Sebab, RHU boleh buka setelah ada rekomendasi dari Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya.
"Silakan tutup sekaligus mempersiapkan diri, kan ada asesmen dua kali kita lihat kekurangannya apa agar dilengkapi, kemudian kalau sudah dipenuhi mereka mengajukan untuk asesmen ketika sudah terpenuhi kita beri surat rekomendasi untuk operasional," jelas pria yang juga Kepala BPB Linmas itu.
Tak hanya sekadar itu saja, kata Irvan, tak menutup kemungkinan ada pemeriksaan swab test atau bahkan diikutkan dalam program vaksinasi. Sehingga, ketika dibuka tidak akan memunculkan klaster baru. (Tim: Rizky, Fariz Yarbo, Witanto)