Cerita Keluarga Disabilitas Intelektual di Blitar Dapat PKH
Sasmiati, warga Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blota, adalah janda dengan tiga orang anak. Kehidupannya bisa dibilang menyedihkan. Namun perempuan yang ditinggal mati suaminya ini tidak mendapatkan bantuannya sosial Program Keluarga Harapan (PKH). Dia baru mendapat perhatian dari pemerintah, setelah pemberitaannya viral. Sasmiati kemudian didatangi petugas dari Kementerian Sosial dan Pemerintah Kabupaten Blitar pada Rabu 4 Oktober 2023.
Sasmiati tinggal bersama ketiga anaknya yang selama ini mengalami keterbatasan intelektual dan mendiami di sebuah rumah yang retak-retak temboknya. Saat Ngopibareng id datang ke rumahnya, tidak terlihat Sasmiati. Kabarnya Sasmiati sedang mengantarkan kedua anaknya di sekolah luar biasa (SLB) di Kecamatan Kesamben yang berjarak hampir lima kilometer.
“Sasmiati mengantarkan anaknya dengan berjalan kaki pagi-pagi sekali saat jam 05.00 WIB lagi dan pulang jam 14.00 WIB,” kata Dwi Hariadi tokoh masyarakat setempat pada Rabu 4 Oktober 2023.
Terlihat rumah Sasmiati, lusuh. Kamarnya hanya beralaskan tikar. Tidak ada dipan ataupun meja layaknya sebuah rumah sebagai tempat tinggal. Guntur anak pertama dari Sasmiati terlihat di dapur memasak air sampai mendidih. Tak terlihat beras atau sayur di dapur layaknya keluarga yang membutuhkan makanan.
Pernah Tidak Masak Selama 3 Hari
Guntur bercerita bahwa ibunya sering tidak memasak nasi karena tidak ada beras. Pernah tiga hari ibunya tidak memasak nasi untuk keluarganya.
Guntur melanjutkan ceritanya, kalau ibunya tidak bekerja, maka dirinyalah sebagai tumpuan keluarga. Dirinya mengaku mendapatkan pekerjaan sebagai tukang pasang tenda di tempat tetangganya yang mempunyai persewaan tenda terop dan sound sistem.
“Saya bisa makan mie instant maupun minum kopi di rumahnya kalau mendapatkan pekerjaan memasang tenda. Yaitu dengan gaji Rp 200.000 yang dikerjakan selama 5 hari saat ada orang hajatan,” tegas Guntur. Jadi, saat itulah keluarga Sasmiati bisa membeli beras dan sayur mayur seadanya.
Namun, apabila Guntur tidak dapat pekerjaan dari tetangganya persewaan tenda dan sound sistem, keluarga ini hanya pasrah terima uluran tangan tetangganya.
”Biasanya kami dapat berkat yang dibawa oleh para tetangganya yang mendapatkan undangan kenduri,” papar Guntur.
Tak Dapat Bantuan Sosial PKH
Meskipun Sasmiati, termasuk keluarga yang mengalami kekurangan dan penyandang keterbatasan intelektual, kedua anaknya yang masih mengenyam pendidikan Di SLB Kecamatan Kesamben. Sayangnya, keluarga Sasmiati tidak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.
Karena tak dapat PKH, kondisi keluarganya sempat viral di media sosial yang kemudian terdengar oleh pemerintah pusat di Jakarta.
Rabu 4 Oktober 2023 datanglah rombongan beberapa mobil dan para penumpang berseragam di lengan baju dan punggungnya terpampang Dinas Sosial Kabupaten Blitar. Beberapa personel anggota kepolisian dari Polsek Kesamben tampak mengawal beberapa orang berbaju seragam hitam dan berkaos putih.
Rombongan itu, salah satunya terdapat ibu berseragam baju merah di sakunya terdapat tulisan Pendamping PKH yang bernama Nawang.
Nawang menjelaskan Keluarga Sasmiati sebetulnya pernah mendapatkan bantuan PKH sejak tahun 2012 atas nama Warti. Hanya saja pada tahun 2017 Warti yang merupakan Lansia dari ibunya Sasmiati diboyongnya saudaranya ke Kalimantan mengikuti anaknya dari empat bersaudara. Sejak itulah Sasmiati ditinggal bantuan PKH sebagai tumpuan penopang hidupnya kala tidak mempunyai beras.
Nawang mengaku bantuan PKH dari tahun 2017 sampai tahun 2021 berdasarkan data dari operator Desa Pagerwoko, bantuan PKH berjumlah Rp 600.000 tetap tersalur kepada atas nama Warti yang sudah berada di Kalimantan. Sedangkan Sasmiati sekeluarga yang tinggal di Desa Pagerwojo tidak mendapatkannya
Salah satu tokoh masyarakat Dwi Hariadi warga Duwun Dawung Desa Pagerwojo, berinisiatif memperjuangkan agar Sasmiati mendapatkan bantuan PKH. Yaitu dengan mencarikan ientitas elektronik Kartu Tanda Penduduknya (e-KTP) pada tahun 2021.
“Hasilnya identitas e-KTP keluarga Sasmiati terbit awal tahun 2022 dan diantar perangkatnya ke rumah Sasmiati,” jelas Nawang.
Sayangnya, setelah identitas e-KTP terbit, tetap saja Keluarga Sasmiati saja tidak mendapatkan bantuan PKH sebagaimana yang diharapkan.
Sampai kemudian berita viral tentang kondisi keluarga Sasmiati. Mulai dari kurang mampu, tembok retak-retak dan genting bocor jika turun hujan dan ancaman rumah roboh. Kondisi inilah yang kemudian didengar oleh pemerintah.
Datanglah rombongan dari Kementerian Sosial, yaitu dokter Ismiatun dari Centra Terpadu Prof Doktor Suharso Surakarta, salah satu unit pelaksanaan teknis (UPT) di Kementerian Sosial, Rabu 4 Oktober 2023.
Di rumah Sasmiati, dokter Ismiatun mengatakan kedatangan untuk mengecek kebenaran berita viral tentang kondisi keluarga ini. Ismiatun menerangkan, sebenarnya menurut ukuran orang desa rumah Sasmiati sudah bagus, sudah besar dan permanen bangunan tembok. “Namun karena bangunan lama, temboknya tidak ada kawatnya sehingga sudah mulai retak retak, dan atapnya sudah harus direhab,” ujarnya.
Usulan PKH dari Pemerintah Desa
Ditanya tentang mekanisme usulan penerima manfaat PKH, Ismiatun mengatakan, yang berwenang mengusulkan calon penerima manfaat PKH terletak pada pemerintah tingkat desa. Pihaknya tidak bisa bekerja menyelesaikan permasalahannya keluarga Sasmiati sendirian. karena perlu keterlibatan berbagai pihak, termasuk memperdayakan masyarakat sekitar.
Ismiatun senang telah mendengar lingkungan sekitarnya sudah melibatkan diri. Seperti kata Kepala Desa Pagerwojo akan ada gotong-royong membongkar rumah oleh warga di Rukun Warga 17 Dusun Dawung Desa Pagerwojo. "Saya juga mendapatkan laporan bahwa minggu berikutnya juga akan ada bantuan bangunan rumah dari Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim), itu sudah good," tambah Ismiatun.