Cerita Eks Napi Teroris Terbebas dari Jeratan ISIS
Mukhtar Khairi alias Abu Hafsah mengaku hampir saja direkrut oleh Islamic State Iraq and Syria (ISIS), saat menjadi narapidana teroris (napiter) di Lapas Cipinang pada 2014.
Abu Hafsah diciduk oleh Densus 88 anti teror saat menjalani pelatihan militer di Aceh pada 2010 silam. Pria 36 tahun itu juga merupakan anggota dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) sebuah ormas yang didirikan oleh Abu Bakar Ba'asyir.
"Di dalam penjara tahun 2014 saya bertemu dengan teman-teman ISIS, salah satunya Aman Abdurahman. Saya satu sel dengan dia," tuturnya di acara Seminar Rekonsiliasi Terorisme di FISIP, Universitas Brawijaya, Malang, Rabu 19 Februari 2020.
Selama dipenjara Abu Hafsah ia sering mendengarkan ceramah dari salah satu pentolan ISIS, Aman Abdurrahman. Di penjara Abu Hafsah mengaku diindoktrinasi tentang ideologi ISIS dan terminologi jihad.
"Saya juga diajari cara membuat bom, merakit senjata. Bahkan saya diproyeksikan oleh Aman Abdurrahman sebagai tokoh di ISIS," ujarnya.
Namun, setahun menjelang kebebasannya dari penjara pada 2016, Abu Hafsah menilai ada kejanggalan dari ISIS. Dari cerita yang disampaikan oleh Aman Abdurahman bahwa kelompok ISIS suka membunuh orang.
"Awal kejanggalan dari sana. Lalu saya diam-diam ikut pengajian dari ustadz lain selain Aman Abdurrahman disitu saya mulai perlahan meninggalkan ISIS," jelasnya.
Hal lain yang mendorong Abu Hafsah akhirnya sadar akan kekejaman ISIS yakni dengan mendengar cerita dari para korban bom yang waktu itu disampaikan oleh lembaga nirlaba Aliansi Indonesia Damai (AIDA) jelang kebebasannya.
"Setelah keluar saya juga diajak ketemu dengan korban-korban. Salah satunya Pak Soejarwo ini. Beliau merupakan korban Bom Thamrin pada 2004 lalu," ucapnya.
Abu Hafsah mengimbau kepada masyarakat luas agar hal serupa yang dia alami tak terjadi kepada yang lain. Agar warga menjauhi ajakan teman maupun lingkungan sekitar untuk mengikuti pengajian tertutup.
"Awal saya mulai terpapar radikalisme dulu saya diajak oleh kakak kandung saya ikut pengajian tertutup. Dari situ saya mulai hobi banget jika ada hal-hal yang menyangkut peperangan," katanya.
Abu Hafsah bebas dari penjara pada 2017 lalu, sehari-hari ia mengabdikan diri sebagai guru agama di sebuah yayasan di Jakarta dan juga bergabung bersama AIDA.
"Ini merupakan salah satu upaya saya untuk menebus kesalahan di masa lalu," tutupnya.
Advertisement