Cerita dr. Yoseph Tangani Kasus Kanker Kepala Leher di AHCC
Ketertarikannya dalam bidang onkologi, mengantarkan dr. Yoseph Adi Kristian, Sp.Onk.Rad menjadi dokter spesialis onkologi radiasi.
Sejak tahun 2020 lalu, dokter spesialis onkologi radiasi ini bergabung di Adi Husada Cancer Center (AHCC) Surabaya.
"Saya adalah dokter spesialis onkologi radiasi, yang mengobati pasien kanker dengan modalitas radiasi (radioterapi)," ujar dokter lulusan spesialis FKUI-RSCM ini.
Mengulik sedikit perjalanan dr. Yoseph dalam bidang onkologi radiasi, dokter kelahiran, 29 Januari 1990 ini mengaku bahwa dirinya banyak menangani pasien-pasien kanker kepala leher.
Kanker kepala leher adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sejumlah tumor ganas yang berbeda dan berkembang di sekitar jaringan dan organ kepala serta leher.
"Kanker kepala leher meliputi kanker nasofaring, kanker sinonasal, kanker rongga mulut, kanker lidah, kanker orofaring, kanker kelenjar liur, kanker laring, dan kanker tiroid," ujar dokter berusia 31 tahun ini.
Yoseph mengatakan, sejauh ini yang banyak ia tangani adalah kasus kanker nasofaring (rongga belakang hidung). Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan sel epitel pada daerah di belakang rongga hidung.
Bahkan, menurut survey GLOBOCAN, Indonesia merupakan negara dengan insiden KNF yang tinggi dan merupakan kasus endemis.
"Kanker nasofaring sendiri terjadi karena multifactorial, dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV), tingkat sosioekonomi, dan predisposisi genetik sebagai faktor risiko yang penting," jelas dr. Yoseph kepada Ngopibareng.id.
Dalam menangani kasus kanker kepala leher, tentunya juga memiliki tantangan. Hal ini juga yang dirasakan dr. Yoseph dalam menjalani tugasnya.
"Tantangan yang sering saya hadapi antara lain, jika mendapat kasus kanker stadium lanjut, memberi penjelasan dan motivasi yang dapat diterima oleh pasien. Kondisi umum pasien yang memburuk saat menjalani radiasi juga menjadi tantangan tersendiri untuk merawat secara holistik dan memberi saran dan edukasi yang baik kepada pasien," cerita dr. Yoseph.
Tantangan lainnya juga muncul ketika pandemi COVID-19 seperti ini, bagaimana memberi penjelasan dan edukasi kepada pasien saat terkonfirmasi COVID-19 yang akan melakukan radioterapi.
"Ini menjadi tantangan tersendiri, karena harus membuat pasien mengerti bahwa proses radiasi harus ditunda sampai hasil swab antigen atau PCR-nya negatif," imbuhnya.
Ia juga menjelaskan, untuk penanganan kanker kepala leher atau kanker lainnya di AHCC dilakukan dengan prinsip penanganan multidiscipline, yakni operasi, radiasi, dan kemoterapi.
"Untuk kanker kepala leher secara umum penanganannya dengan operasi, radiasi dan kemoterapi. Namun khusus untuk kanker nasofaring, modalitas pengobatan utamanya dengan radiasi dan kemoterapi dosis kecil sebagai radiosensitizer," pungkasnya.
Advertisement