Cerita di Balik Suksesnya Omah Satwa Blora
Bertempat di Blora, tepatnya di kompleks perumahan sebelah utara Lapangan Kridosono, berdiri Omah Satwa Blora sejak tahun 2018.
Di lahan kosong samping rumah, Angga Cahyo Putro mengembangkan budidaya beragam hewan eksotis, yang kini tak hanya menjadi hobi, tetapi juga bisnis serta wahana edukasi bagi masyarakat.
Di Omah Satwa Blora, pemuda kelahiran 1992 memelihara lebih dari 50 jenis hewan eksotis, mulai dari Iguana Albino, Gecko, Ular Piton, hingga Kura-Kura dan jenis satwa unik lainnya.
Meski bukan tergolong hewan langka, hewan-hewan ini memiliki daya tarik tersendiri sebagai spesies eksotis yang banyak diminati penggemar reptil dan hewan peliharaan unik.
"Sebenarnya tidak langka, hewan yang ada di sini adalah hewan eksotis. Banyak jenis hewan unik, mulai dari reptil, unggas, mamalia, hingga serangga," ujar Angga baru-baru ini.
Angga menceritakan, budidaya itu bermula dari kecintaannya terhadap satwa. Hewan pertama yang ia pelihara adalah ikan hias, kemudian berkembang menjadi hobi memelihara iguana, gecko, hingga beragam jenis satwa lainnya.
Dari hobinya itu, usaha budidayanya pun mulai membuahkan hasil. Beberapa jenis hewan berhasil berkembang biak, hingga akhirnya menjadi cikal bakal usaha jual beli hewan eksotis.
Sekarang ini, dirinya tidak hanya menejalankan bisnisnya, tetapi juga membuat rumah satwa untuk wahana edukasi bagi warga, khususnya untuk anak-anak sekolah.
Beberapa sekolah TK dan PAUD di sekitar Blora kerap bekerja sama dengan Angga, mengundangnya untuk memperkenalkan berbagai satwa secara langsung kepada anak-anak.
Terkadang, siswa diajak datang langsung ke Omah Satwa untuk melihat dan belajar tentang satwa-satwa ini lebih dekat. “Ada yang datang ke sini dan mendatangi siswa untuk belajar terkait dunia satwa,” ungkapnya.
Menurutnya, Blora belum memiliki banyak komunitas pecinta hewan eksotis, sehingga Omah Satwa Blora menjadi satu-satunya tempat yang secara konsisten mengembangkan budidaya satwa unik.
Angga berharap, edukasi yang ia lakukan bisa menumbuhkan minat terhadap satwa eksotis di kalangan masyarakat.
Lebih lanjut dia menyampaika, tidak semua hewan eksotis mudah dibudidayakan. Salah satu contohnya adalah Krocodes King atau Kadal Buaya dari Papua, yang membutuhkan habitat dengan kelembapan tertentu untuk bisa bertahan hidup.
Namun, di antara koleksinya, Gecko dan Iguana termasuk yang paling mudah dikembangbiakkan, sementara peminat terbesar datang untuk Gecko dan Hamster.
Meski peminat dari luar kota seperti Pati, Rembang, Grobogan, dan Bojonegoro terbilang cukup tinggi, Angga mengakui bahwa minat dari warga lokal masih terbatas.
Dirinya mengaku bakal terus membudidayakan hewan tersebut karena sudah kadung cinta dengan satwa-satwa.
Tak jarang, Angga juga membudidayakan tikus putih sebagai pakan bagi beberapa satwa peliharaannya.
“Saya juga budidaya tikus putih, kadang untuk pakan satwa sendiri, kalau lebih kadang dijual,” ujarnya.
Advertisement