Cerita dari Kudus; Ibu Hamil Meninggal Beserta Bayi di Perutnya
Puji Apriani , seorang warga Kudus, Jawa Tengah, sedang hamil tua. Dia mengandung anak keduanya, dan tinggal beberapa minggu lagi akan melahirkan. Namun alih-alih menyambut kehidupan baru, keluarganya kini berduka. Puji Apriani, meninggal dunia. Demikian juga bayi yang ada di kandungannya.
Keluarga ini tinggal di Kudus, Jawa Tengah, salah satu daerah yang paling parah terkena dampak lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia baru-baru ini. “Dia merasa kehabisan napas, dan dia batuk. Dia juga merasakan kontraksi di perutnya,” kata Ery, saudara Puji, kepada Al Jazeera.
Di Kudus, covid meledak bulan lalu. Berpenduduk 900.000 jiwa. Kudus telah mencatat peningkatan kasus 7.594 persen sejak awal tahun ini. Rumah sakit kewalahan terpaksa menolak pasien.
Setelah ditolak oleh dua rumah sakit, Puji akhirnya dirawat, dan kadar oksigennya sedikit meningkat. Tapi sudah terlambat. Kondisinya memburuk dan dia meninggal di rumah sakit. “Dia meninggal lebih dulu, lalu mereka memeriksa jantung bayinya. Bayinya masih di dalam, mereka tidak mengeluarkannya, karena sudah tidak berdenyut,” kata Ery lagi.
Di RSUD Loekmono Hadi di Kudus, Dr Abdul Aziz Achyar mengaku terkejut dengan keganasan lonjakan, yang telah mendorong tingkat hunian tempat tidur di rumah sakit menjadi lebih dari 90 persen.
“Selama Ramadhan sangat sepi. Kami hanya memiliki 18 pasien. Tapi kemudian, ketika itu dimulai … saya sendiri juga dirawat di rumah sakit,” katanya, juga kepada Al Jazeera. Seratus lima puluh tiga rekannya juga tertular virus, dan dua di antaranya meninggal. Dr Abdul Aziz Achyar percaya cpvid yang menyebar saat ini di Kudus dan kota-kota lain, sebagian didorong oleh penyebaran varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India.
"Kami mengirim kasus dari pusat kesehatan, dari 72 sampel yang kami kirimkan, 62 adalah varian baru," kata Dr Abdul Aziz.
Di RS Aisyiyah Kudus, dr Najib Budhiwardoyo mengatakan RSnya sudah penuh. “Kami penuh dengan pasien COVID. Gelombang kedua ini dimulai setelah Idul Fitri,” katanya. “Semua rumah sakit di Kudus mengalami kelangkaan oksigen. Kita harus selektif; kami hanya dapat menggunakan oksigen untuk pasien dengan saturasi sangat rendah, kara dr Najib.
Rawa Jadi Kuburan
Bukan hanya rumah sakit di Pulau Jawa yang over kapasitas, tapi kuburan juga. Di Jakarta, tempat pemakaman khusus COVID-19 seperti Makam Pondok Rangon yang dibuka pada bulan-bulan awal pandemi, sekarang sudah dinyatakan penuh.
Pekerja pemakaman mengatakan bahwa mereka berjuang untuk memenuhi beban kerja mereka. “Sebelum Covid, saya biasa menggali 10 kuburan setiap hari. Tapi kemarin, kami menggali 46 kuburan. Sehari sebelumnya 51,” kata Darsiman, 20 tahun, penggali kuburan. “Kami sangat lelah. Kami bekerja dari pagi hingga malam,” keluhnya.
Di Rorotan, Jakarta Utara, sebuah pemakaman baru bagi mereka yang meninggal karena COVID-19 dibuka hanya beberapa minggu yang lalu. Tapi sekarang sudah lebih dari 800 orang telah dimakamkan.
Saat jumlah korban tewas terus meningkat, menemukan ruang untuk orang mati di kota yang padat ini menjadi sebuah tantangan. Tanah di Rorotan dulunya adalah rawa-rawa kosong. Karena itu untuk sampai ke pemakaman, keluarga almarhum harus berjalan kaki melewati lumpur. “Ini kuburan baru… lokasi lain sudah penuh. Kasus Covid kan banyak, jadi harus dibawa ke sini,” kata Darsiman.
Wahyudin, teman kerja Darsiman mengatakan beban kerjanya meningkat karena pandemi. Bekerja di pemakaman membutuhkan beban emosional. “Saya merasa sangat sedih melihat begitu banyak penguburan. Melihat keluarga-keluarga itu menangis, saya memikirkan keluarga saya sendiri,” katanya sedih. “Sebelum COVID, saya juga membuat nisan tetapi sekarang lebih sibuk. Begitu banyak orang yang meninggal.” Saat-saat untuk beristirahat sangat langka – sama seperti bekerja. (alj)