Cerita Bumil ODHA di Sidoarjo, Berjuang Agar Janin Tak Tertular
Orang Dengan HIV/AIDS atau disingkat ODHA, seringkali mendapat stigma buruk dari masyarakat yang menganggap penyakit tersebut bagian dari hal yang tabu. Namun seiring berkembangnya era teknologi, jumlah ODHA semakin meningkat setiap tahun termasuk di Sidoarjo.
Menurut data dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sidoarjo, diperkirakan jumlah ODHA di Sidoarjo sebanyak 5.000 jiwa, 2.800 di antaranya sudah mendapatkan pendampingan sosial dari Dinsos. "Jumlah tersebut didominasi oleh orang yang usianya produktif," ucap Misbahul Munir, Kepala Dinsos Sidoarjo, Rabu, 22 Februari 2023.
Laili, seorang ibu berusia 35 tahun ini didiagnosa tertular HIV/AIDS dari suaminya. Meski demikian, Laili saat ini sedang hamil anak kedua dengan usia kehamilan 4 bulan. Ia optimis bahwa virus yang dideritanya tidak akan menular ke janin yang dikandungnya.
Kepada Ngopibareng.id, warga Wonoayu, Sidoarjo ini menjelaskan ada beberapa langkah yang harus dilakukan secara rutin agar janin yang dikandungnya tidak tertular virus HIV/AIDS. Salah satunya mengikuti program pemerintah PMTCT, yakni pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Serta rutin mengkonsumsi Antiretroviral (ARV).
"Disarankan bersalin secara caesar. Selama masa kehamilan si ibu harus benar-benar menjaga pola hidupnya, makan teratur, manajemen stress yang baik, makan yang bergizi tidak boleh sampai drop karena bisa berpengaruh ke janin," jelas Laili saat ditemui Ngopibareng.id.
Selama hamil Laili mengaku tidak ada keluhan. Ia tetap beraktivitas seperti ibu hamil pada umumnya bahkan seringkali mengikuti pertemuan yang diadakan pendamping secara rutin. Laili dinyatakan hamil anak kedua setelah ia didiagnosa positif ODHA.
"Walaupun saya pasangan ODHA tapi saya berjuang agar anak saya tidak tertular, bagaimana caranya saya ingin anak saya lahir negatif ODHA," tegasnya bersemangat.
Laili menceritakan, awalnya tidak mudah bagi dirinya menerima kenyataan bahwa ia tertular HIV/AIDS dari suaminya tercinta. Laili memulai mahligai rumah tangga pada tahun 2012. Tiga tahun setelah menikah suami Laili sakit parah dan didiagnosa HIV/AIDS oleh dokter di RSUD Sidoarjo.
"Dokter mengatakan, suami saya sudah tidak ada harapan, ternyata suami saya positif. Kemudian dokter memeriksa saya dan hasilnya juga positif," ucap Laili.
Setelah didiagnosa positif ODHA, Laili mengaku kondisi mentalnya hancur. Ia merasa tidak adil harus menerima risiko dari perbuatan yang sama sekali tidak pernah ia jalani. Selama dua tahun Laili merasa sendiri.
Namun semua berubah setelah Laili mengikuti pendampingan dari dinsos, ia merasa mendapat keluarga baru, dan diterima lingkungan. "Bahkan keluarga saya juga mendukung. Butuh proses yang lama untuk bisa berdamai dengan diri saya sendiri," kata Laili.
Laili bersama suaminya kini telah berjuang melawan stigma negatif masyarakat tentang ODHA. Mereka membuktikan bahwa ODHA bisa hidup bersosialisasi dengan masyarakat.
"Hampir delapan tahun kita menjalani sebagai pasang ODHA. Intinya saling support, saya terima kondisi suami saya apa adanya. Sekarang suami saya sudah sehat dan bisa kerja lagi," tutupnya.