Cerita Anak Cucu dari Ponorogo, Boyong Seni Reog ke Malaysia 1901 Silam
Perjamuan perwakilan Pemerintah Malaysia Distrik Batu Pahat dengan sejumlah pejabat teras Pemkab Ponorogo selaku tuan rumah berlangsung gayeng. Pasalnya dari belasan wakil Pemerintah Malaysia itu, beberapa di antaranya leluhurnya berasal dari Kabupaten Ponorogo.
Adalah Zainor bin Adani, salah seorang tamu dari Negeri Jiran, itu memiliki kakek dan nenek asli Ponorogo. “Ayah saya lahir di Malaysia tahun 1924. Tepat seabad kemudian, anaknya berkunjung ke Ponorogo,” kata Zainor saat di Pringgitan, rumah dinas Bupati Ponorogo pada Jumat 24 Mei 2024.
Para pejabat Malaysia dari Distrik Batu Pahat itu berjumlah belasan orang yang mengusung misi seni dan budaya ke Indonesia. Mereka dijamu di Pringgitan, rumah dinas Bupati Ponorogo.
Di acara ini, Bupati Sugiri Sancoko diwakili Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kesra Bambang Suhendro serta Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Judha Slamet Sarwo Edi. “Ponorogo tujuan pertama, pelancongan dilanjutkan ke Jakarta dan Bandung,” imbuh Zainor dikutip ponorogo.go.id Minggu 26 Mei 2024.
Zainor mengaku serasa berasa di kampung halaman sendiri. Zainor menyebut bahwa nama Saikun Kentus yang kali pertama memboyong reog ke Malaysia dari Ponorogo, pada 1901 silam.
Ada juga nama Haji Miskun Karim, pegiat reog di Batu Pahat dengan grup bernama Barongan Setiabudi, juga memiliki leluhur di Desa Semanding Kecamatan Kauman.
“Kami akan datang lagi ke Ponorogo untuk kerja sama kebudayaan sekaligus menjalin silaturahmi yang sudah dibangun lama oleh para leluhur,” terang Zainor.
Kepala Disbudparpora Ponorogo Judha Slamet Sarwo Edi mengibaratkan para tamu dari Malaysia itu sebagai saudara kandung. Sebab, wajah mereka tidak jauh berbeda. “Saya curiga DNA-nya sama berasal dari Ponorogo,” ujar Judha disambut derai tawa.
Menurut Judha Slamet Sarwo Edi, Pemkab Ponorogo berupaya mengabadikan reog dengan membangun monumen yang menjulang setinggi 126 meter melebihi patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali.
Monumen itu berada di atas gunung kapur di Kecamatan Sampung yang dilengkapi dengan museum. “Koleksi museum akan menjelaskan peradaban Ponorogo dari masa prasejarah sampai sekarang ini,” imbuhnya.